Ikon Theotokos – Iveron


+ diperingati setiap Selasa dari Pekan Terang (setelah Kebangkitan) & 25 Februari / 12 Februari

Pada masa kaisar Byzantium, Theofilus (829-842) yang mengamuk bersama bidat ikonoklasme. Dengam perintah kaisar, menjarah seluruh wilayah, kesemua sudut kota dan desa mencari ikon-ikon sampai yang disembunyikan.
Didekat kota Nikea tinggal seorang janda yang menyembunyikan ikon Theotokos. Ketika para prajurit menemukannya, satu diantara mereka menusuk ikon tersebut dengan tombaknya.
Tetapi oleh rahmat Allah perbuatan buruk itu dibayangi suatu mujizat: darah mengalir keluar dari bekas tusukan di bagoan wajah Sang Theotokos. Para prajurit itu ketakutan lalu cepat pergi meninggalkan.
Si janda itu berdoa sembahyang sepanjang tengah malam (vigil), berdoa didepan ikon Theotokos Tersuci. Di pagi harinya, menurut kehendak Allah, ia membawa ikon tersebut ke laut dan menjatuhkannya disana. Ikon suci itu berdiri tegak diatas ombak dan menuju ke arah barat.
Waktu berlalu, di suatu siang para rahib dari biara Iveron di gunung Athos melihat suatu tiang cahaya, bersinar di laut (ca.1004). Mujizat itu berlangsung beberapa hari, sementara para bapa di gunung Suci Athos itu berkumpul, terheran. Sampai mereka turun ke dekat laut, menuju dimana mereka melihat tiang cahaya diatas ikon Theotokos. Tetapi ketika mereka mendekatinya, ikon itu berpindah lebih jauh.
Waktu itu ada seorang rahib Georgia bernama Gabriel yang bekerja di biara Iveron. Theotokos menampakkan diri pada para bapa gunung Athos dan mengatakan hanya Gabriel yang layak mengambil ikon suci itu dari laut. Diwaktu bersamaan, Ia nampak kepada Gabriel mengatakan, “Masuklah ke laut, dan berjalanlah diatas gelombangnya dengan iman, dan semua akan menjadi saksi kasihku dan belas kasihku bagi biaramu.”
Para rahib gunung Athos mendapati Gabriel di biara Georgia dan membawa dia turun ke laut, melantunkan kidungan, dan mendupai. Gabriel berjalan diatas air seperti di tanah kering, mengambil ikon tersebut dengan tangannya dan membawanya ke tepi pantai.
Mujizat ini terjadi diwaktu Rabu Terang (Minggu setelah Hari Raya Kebangkitan Kristus)
Ketika paea rahib merayakan paraklisis syukur, hawa dingin musim semi secara mujizat menyembur dari tanah dimana ikon tersebut berdiri. Setelah itu mereka membawa ikon tersebut ke sebuah gereja dan meletakannya ke tempat khusus terlindung secara layak.
Ketika di pagi hari berikutnya salah satu rahib menyalakan cahaya dan mendapati ikon tersebut sudah tidak berada di tempat mereka menyimpannya; tetapi sudah tergantung di tembok dekat gerbang masuk. Para rahib yang tidak percaya itu menurunkannya dan mengembalikan lagi ke tempat penyimpanan semula, tapi di hari berikutnya ikon itu kembali didapati di gerbang biara. Mujizat ini berulang beberapa kali, sampai Sang Perawan Theotokos nampak kepada Gabriel, mengatakan, “Sampaikanlah kepada para saudara rahib bahwa mulai hari ini agar mereka tidak membawaku pindah. Karena yang kukehendaki bukan dilindungi; melainkan aku akan melindungimu, baik di kehidupan ini dan dimasa mendatang. Selama engkau melihat ikonku di biara, rahmat dan belas kasih Anakku tak alan berkurang!”
Penuh dengan rasa sukacita, para rahib mendirikan gereja kecil dekat gerbang biara untuk menghormati Sang Thetokos Tersuci dan meletakkan ikon pembuat mujizat itu didalamnya. Ikon suci tersebut selanjutnya dikenal sebagai “Bunda Allah Iveron” dan di Yunani dikenal dengan Portaitissa. Oleh rahmat, melalui Ikon Iveron Theotokos, banyak mujizat terjadi dan dibanyak tempat di dunia.

Sumber : © 1996-2001 by Fr. S. Janos.

Troparia/Kontakia 26 Oktober 2023/13 Oktober 2023

Ikon “Iveron” dari Theotokos Mahakudus, Troparion, dalam Nada I —
Keberanian mereka yang membenci gambar Tuhan dan kekuatan orang-orang yang tidak beriman datang tanpa bertuhan ke Nicea, dan para utusan dengan tidak manusiawi menginterogasi janda yang dengan saleh menghormati ikon Bunda Allah; tetapi pada malam hari, dia dan putranya melemparkan ikon itu ke laut sambil berseru: “Maha Suci engkau, hai yang suci, karena laut tanpa jejak telah memberimu dadanya! Kemuliaan bagi perjalananmu yang lurus, hai engkau yang tidak fana! “

Tinggalkan Balasan