+ Diperingati pada tanggal 21 Mei dan 9 Oktober / 8 Mei dan 26 September (kalender Gereja)
St. Yohanes seorang dari 12 Rasul. sering dalam ikonografi dituliskan sebagai seorang yang lembut, agung, dan sebagai guru spiritual. Ciri lain dari wajah spiritualitas Rasul Yohanes terlihat dari pengajarannya tentang kasih, yang karenanya ia juga dijuluki “Rasul daripada Kasih”, tulisan-tulisannya terserap oleh tentang kasih, bahwa Allah dalam keberadaanNya adalah kasih (1 Yoh 4:8). Dalam tulisan-tulisannya, St. Yohanes menunjukkan hal besarnya kasih Allah yang tak-terkatakan bagi dunia dan manusia, yang adalah kasih yang dinyatakan oleh Sang Guru Ilahi nya. Ia terus-menerus menasehati murid-muridnya akan kasih satu terhadap yang lain. Pelayanan kasih menjadi keseluruhan jalan hidup St. Yohanes Sang Teolog.
Sekalipun diantara para Rasul dia disebut sebagai “murid yang dikasihi Yesus”, ia tampil rendah hati dan tidak menjadi lebih menonjol diantara para Rasul Kristus yang lain. Karakter seperti ini terbentuk karena ketaatannya kepada Kehendak Allah.
__
Rasul Yohanes adalah anak dari Zebedeus dan Salome, putri Jana Suci Yusuf yang ditunangkan dengan Bunda Maria. Dia dipanggil oleh Tuhan kita Yesus Kristus menjadi salah satu RasulNya bersamaan dengan kakak laki-lakinya Yakobus. Hal ini terjadi di Danau Gennesareth ( Laut Galilea). Meninggalkan ayah mereka, kedua saudara laki-laki tersebut mengikuti Tuhan. Ia sangat dicintai oleh Sang Juruselamat karena cinta pengorbanan dan kemurnian dirinya tetap membujang sampai akhir hidupnya. Setelah panggilannya itu Rasul Yohanes tidak berpisah dari Tuhan, dan dia adalah salah satu dari tiga rasul yang sangat dekat dengan Dia. St. Yohanes hadir saat Tuhan membangkitkan putri Yairus, dan juga menjadi saksi Transfigurasi Kristus di Gunung Tabor.
Selama Perjamuan Terakhir, dia bersandar di samping Tuhan, dan meletakkan kepalanya di atas dadanya. Dia juga menanyakan nama pengkhianat Juruselamat. Rasul Yohanes mengikuti di belakang Tuhan ketika mereka membawa Dia terikat dari Taman Getsemane ke istana Imam Besar Hanas dan Kayafas. Yohanes berada di sana di halaman Imam Besar selama mereka menginterogasi Gurunya dan dia dengan tegas mengikutinya dalam perjalanan ke Golgota, berduka dengan segenap hatinya.
Di kaki Salib dia berdiri bersama Bunda Allah dan mendengar firman Tuhan yang disalibkan ditujukan kepada-Nya dari kayu Salib: “Hai perempuan, lihatlah anakmu.” Lalu Tuhan berkata kepadanya, “Lihatlah ibumu” (Yohanes 19: 26-27). Sejak saat itu Rasul Yohanes, seperti anak yang penuh kasih, memberikan dirinya sendiri untuk menjaga Sang Perawan Suci Maria, dan dia melayaninya sampai wafatnya Bunda Maria.
Setelah wafatnya Bunda Allah, Rasul Yohanes pergi ke Efesus dan kota-kota lain di Asia Kecil untuk memberitakan Injil, membawa serta muridnya Prochorus. Mereka naik kapal, dan diserang badai yang mengerikan. Semua penumpang terlempar ke daratan, dan hanya Yohanes yang tenggelam di kedalaman laut. Prochorus menangis tersedu-sedu, kehilangan bapa dan pembimbing rohaninya, lalu dia melanjutkan perjalanannya ke Efesus sendirian.
Pada hari keempat belas perjalanannya dia berdiri di tepi laut dan melihat bahwa ombak telah membawa seorang pria ke darat. Dia menghampirinya dan mengenali bahwa orang itu Rasul Yohanes, Tuhan melindungi hidup-hidup selama empat belas hari di laut. Guru dan murid itu kemudian pergi ke Efesus, di mana Rasul Yohanes terus menerus mengabarkan kepada orang-orang kafir tentang Kristus. Khotbahnya disertai mujizat yang begitu banyak dan menakjubkan, sehingga jumlah orang percaya meningkat setiap harinya.
Pada masa ini telah terjadi penganiayaan orang Kristen di bawah kaisar Nero (56-68). Mereka membawa Rasul Yohanes untuk diadili di Roma. Jana Suci Yohanes dijatuhi hukuman mati karena pengakuan imannya kepada Tuhan Yesus Kristus, namun Tuhan memelihara orang pilihan-Nya. Rasul itu diminumi secangkir racun yang mematikan, tapi dia tetap hidup. Kemudian, dia muncul tanpa cedera dari kuali minyak mendidih dimana dia dilemparkan ke atasnya oleh perintah penyiksa.
Setelah ini, mereka mengirim Rasul Yohanes untuk dipenjara ke pulau Patmos, di mana dia menghabiskan waktu bertahun-tahun. Selama perjalanan menuju tempat pengasingan, Jana Suci Yohanes mengerjakan banyak mukjizat. Di pulau Patmos, khotbah dan mukjizatnya menarik semua penghuni pulau itu kepadanya, dan dia mencerahkan mereka dengan terang Injil. Dia mengusir banyak setan dari kuil-kuil pagan, dan dia menyembuhkan banyak orang sakit.
Ada seorang Penyihir dengan kekuatan iblis menunjukkan permusuhan yang besar terhadap khotbah rasul suci. Yohanes begitu menakutkan bagi pemimpin penyihir mereka yang bernama Kinops, yang membual bahwa mereka akan menghancurkan sang rasul. Tetapi Yohanes yang agung, dengan kasih karunia Allah yang bertindak melalui dia, menghancurkan semua kekuatan iblis yang digunakan Kinops, dan tukang sihir yang angkuh itu terbunuh di kedalaman laut.
Rasul Yohanes mengundurkan diri dengan muridnya Prochorus ke ketinggian yang sepi, di mana dia melakukan puasa tiga hari. Saat Jana Suci Yohanes berdoa, bumi gemetar dan guntur bergemuruh. Prochorus terjatuh ketakutan. Rasul Yohanes mengangkatnya dan memintanya untuk menuliskan apa yang akan dikatakannya. “Aku adalah Alfa dan Omega, firman Tuhan Allah, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, Yang Maha kuasa” (Wahyu 1: 8), menyatakan Roh Allah melalui Rasul Yohanes. Jadi di tahun 67 Kitab Wahyu ditulis, dikenal juga sebagai “Wahyu,” dari Rasul Suci Yohanes Sang Theolog. Dalam kitab ini terdapat dibuat tentang kesengsaraan Gereja dan akhir dunia.
Setelah pengasingannya yang berkepanjangan, Rasul Yohanes menerima kebebasannya dan kembali ke Efesus, di mana dia melanjutkan aktivitasnya, menginstruksikan orang-orang Kristen untuk waspada terhadap guru-guru palsu dan ajaran mereka yang keliru. Pada tahun 95, Rasul Yohanes menulis Injilnya di Efesus. Dia meminta semua orang Kristen untuk mengasihi Tuhan satu dengan yang lain, dan dengan ini untuk memenuhi perintah Kristus. Gereja memanggil Jana Suci Yohanes “Rasul Kasih”, karena dia terus-menerus mengajarkan bahwa tanpa kasih manusia tidak dapat mendekati Allah.
__
Rasul Yohanes berbicara tetang kesetiaan pada Kristus, hidup sepenuhnya berada dalam Kristus, sementara dosa baginya bukanlah sebagai kelemahan dan kecacatan dari kodrat manusia, namun sebagai si jahat, sebagai dasar yang negative, yang ada dalam melawan yang baik (Yoh. 8:34; 1 Yoh. 3:4,8-9). Dalam pandangannya, sangat penting memutuskan apakah berada didalam Kristus atau iblis, tidak mungkin berada diantaranya (1 Yoh. 2:22, 4:3), “suam-suam kuku,.. tidak dingin atau panas” (seperti dikatakan dalam Wahyu 3:15-16). Karenanya ia melayani Tuhan dengan kasih tak-terbagi dan penyangkalan-diri, menolak segala yang berhubungan dengan musuh manusia sejak dahulu kala, yang adalah musuh kebenaran dan bapanya tipu-muslihat (1 Yoh. 2:21-22). Sebagaimana kuatnya ia mengasihi Kristus, begitu kuatnya juga ia membenci si anti-Kristus; sebagaimana ia terus menerus mencintai kebenaran, demikian pula ia membenci yang bertentangan dengan kebenaran, – karena terang mengusir kegelapan (Yoh. 8:12; 12:35-36). Oleh manifestasi dari api kasih yang menyala dari dalam dirinya ia bersaksi dengan spiritualitas yang khas tentang keIlahian Yesus Kristus (Yoh. 1:1-18; 1 Yoh. 5:1-12).
Dalam tiga Epistel-nya, St. Yohanes berbicara tentang pentingnya kasih akan Allah dan sesama. Di masa tuanya, dia bercerita tentang seorang pemuda yang telah menyimpang dari jalan yang benar untuk mengikuti pemimpin kelompok perampok, sehingga St. Yohanes pergi ke padang gurun untuk mencarinya. Melihat Penatua yang kudus ini, pemuda yang bersalah itu mencoba menyembunyikan dirinya sendiri, namun Rasul Yohanes mengejarnya dan meminta dia untuk berhenti. Dia berjanji untuk menanggung dosa masa muda atas dirinya sendiri, jika saja dia mau bertobat dan tidak membawa kehancuran di jiwanya. Terguncang oleh kasih yang tulus dari Penatua yang kudus itu pemuda tersebut benar-benar bertobat dan mengubah hidupnya.
__
Rasul Yohanes yang dianugerahi menerima dan menyampaikan perkataan terakhir Wahyu Ilahi (yang sebagai kitab terakhir dalam alkitab). Ia sangat mengenal Kebenaran kekal, dan ia menyaksikan, menerus-lanjutkan pada anak-anak rohaninya. Ia secara sederhana menegaskan atau menyangkal dan berbicara dengan seksama (1 Yoh. 1:1). Ia mendengar sendiri suara Tuhan, yang menyatakan padanya apa yang Ia sendiri dengar dari Sang Bapa.
Teologi Rasul Yohanes menghapuskan batas antara masa kini dan masa lalu. Dan karenanya ia, menasehatkan kekudusan dalam hidup, sungguh-sungguh menyatakan, bahwasannya “semua, yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa lagi (1 Yoh. 5:18; 3:9).
__
St. Yohanes wafat saat berusia lebih dari seratus tahun. Dia jauh lebih tua dari para saksi mata ( Rasul) Tuhan lainnya, dan untuk waktu yang lama dia menjadi satu-satunya saksi mata kehidupan Sang Juruselamat yang tersisa.
Ketika tiba waktunya untuk wafat, Rasul Yohanes keluar dari batas kota Efesus dengan keluarga murid-muridnya. Dia meminta mereka mempersiapkan baginya sebuah kuburan berbentuk salib, di mana dia berbaring, mengatakan kepada murid-muridnya bahwa mereka harus menutupinya dengan tanah. Murid-murid sambil menangis mencium guru mereka yang tercinta, namun tidak ingin menjadi tidak taat, mereka memenuhi permintaannya. Mereka menutupi wajah orang suci itu dengan kain dan menutup kuburan. Mendengar hal ini, keesokan harinya murid-murid St. Yohanes lainnya tiba di tempat penguburannya. Saat mereka membuka kuburan, mereka menemukannya kosong.
Setiap tahun pada tanggal 21/8 Mei dari kuburan Rasul Suci Yohanes muncul sebuah debu yang indah, di mana orang-orang percaya berkumpul dan disembuhkan dari penyakit karenanya. Oleh karena itu, Gereja juga merayakan kenangan akan Rasul Suci Yohanes Sang Theolog pada tanggal 21/8 Mei.
Tuhan memberikan julukan kepada murid-Nya yang terkasih Yohanes dan saudara laki-laki Yohanes yang bernama Yakobus “Anak-anak Guntur” sebagai utusan yang mengagumkan dalam kekuatan pembersihannya dari api surgawi. Dan justru olehnya Juruselamat ini menunjukkan karakter kasih Kristen yang menyala, berapi-api, dan penuh pengorbanan, pengajar agung di dalam diri Rasul Yohanes Sang Theolog. Elang adalah simbol ketinggianan dari pemikiran theologisnya, dan dijadikan simbol ikonografi Penulis Injil Yohanes Sang Theolog. Julukan “Theolog” ini hanya diberikan oleh Gereja Kudus kepada St. Yohanes dari antara murid-murid dan Rasul Kristus yang langsung, sebagai saksi nubuatan Penghakiman Allah yang misterius.
.
_______
(bess210520)