+diperingati oleh Gereja 19 Juni / 6 Juni (kalender Gereja)+
oleh :
Presbyter Rm. Kyrillos Junan SL (Gereja Orthodox St. Iona Manchuria, Surabaya)
Seorang Mesir melalui kelahiran, Rahib St. Bessarion Agung, Sang Pelaku Mukjizat dari Mesir. Bessarion lahir dan dididik di Mesir. Dia dibaptis saat masih muda, dan ia menjalani kehidupan kesalehan yang ketat. Sebagai seorang pemuda ia mengkhawatirkan bahwa ia akan mengambil rahmat yang Allah telah berikan secara cuma-cuma. Jadi, dia berusaha tidak membiarkan kenangan akan pembaptisannya menyelinap jauh dari pikirannya. Dia mendedikasikan dirinya untuk kehidupan rohani pada usia dini dan “tidak menodai pakaian rohaninya yang ia kenakan saat pembaptisan”, karena itu ia berusaha dan berjuang untuk menjaga rahmat Allah yang dianugerahkan kepadanya pada saat dibaptis. Bessarion telah melakukan perjalanan ke Yerusalem sebagai pemuda untuk melihat sendiri pemandangan dan keajaiban tanah suci. Berusaha untuk menjadi lebih dekat mengenal dengan kehidupan monastik, dia melakukan perjalanan ke tempat-tempat suci. Ketika berada di Yerusalem, ia mengunjungi St. Gerasimus dari Yordan atau Abba Gerasimus (Yunani: Γεράσιμος ὁ ἐν ᾿Ιορδάνῃ; Gerásimos o en ᾿Iordáni̱; diperingati pada 17 Maret) di padang gurun Yordania dan beberapa petapa kudus lainnya, ia melihat biara-biara gurun lainnya, dan mengasimilasikan semua aturan kehidupan biara (regula; peraturan persaudaraan monastik; peraturan bagi para pertapa). Hidup di alam terbuka, ia sabar menanggung segala cuaca, tidak terganggu oleh perawatan untuk sebuah hunian atau pakaian. Berbekal kekuatan iman, demikian ia tetap tak tersentuh oleh semua keinginan daging. Untuk menjinakkan dan menguasai lidahnya, ia sering pergi untuk waktu yang panjang di bawah kaul untuk diam dalam keheningan. Untuk mengajar dirinya kelaparan dan haus akan kebenaran, ia berpuasa secara teratur dan, terkadang untuk beberapa hari. St. Bessarion diketahui berpuasa secara ekstensif dan ekstrim, mendapat bagian makananhanya sekali seminggu dan berdoa terus-menerus. Kadang-kadang ia tetap tanpa makanan atau minuman selama empat puluh hari. Pernah sang orang kudus berdiri tak bergerak selama empat puluh hari empat puluh malam tanpa makanan atau tidur, tenggelam dalam doa.
Untuk mengajar dirinya kebutuhan tetapnya untuk penyegaran jiwa yang hanya datang dari Allah, ia rela pergi tanpa tidur pada lebih dari satu kesempatan. Dia dikatakan telah tetap berjaga 40 malam berturut-turut dan telah tidur dalam posisi duduk atau berdiri selama 40 tahun. Dia tidak memiliki tempat tinggal permanen namun hidup di pegunungan-pegunungan dan hutan-hutan sampai usia lanjut. Sebagian besar hidupnya dihabiskan di bawah langit terbuka dalam kesendirian doa. Dia juga menundukkan tubuhnya melalui Sembahyang Tengah Malam (Sembahyang Ratri Madya, Agrypnia, Prima, Vigil) yaitu sembahyang tengah malam dengan meninggalkan saat tidur, tapi ia menyembunyikan kehidupan mortifikasinya (mati raga/menyiksa diri demi penyangkalan diri) dari orang-orang sebisa mungkin. Ia mengenakan satu kain baik di musim panas dan musim dingin. Dengan kata lain, dia serius dengan perkembangannya menjadi murid Yesus Kristus dan berusaha untuk menempatkan tubuh dan pikiran di bawah penyerahan kepada Tuhannya.
Kerendahan hatinya begitu besar sehingga sekali tampak pada kisah berikut ini: Suatu hari dalam ibadah, Imam terkejut melihat seorang pria yang hadir saat ibadah. Setiap orang tahu bahwa orang itu seorang pendosa yang terkenal yang dosa-dosa dan kerapuhannya disembunyikan dari tak seorangpun. Pria itu tidak membuat usaha apapun baik untuk mengubah cara hidupnya atau melakukan seperti yang orang lain lakukan dan menutupi dosa-dosanya dengan tedeng aling-aling untuk menyembunyikan kesalahan atau kelemahan dengan kata-kata manis dan perilaku dangkal. Kehadirannya membuat imam itu gugup karena ia tahu bahwa imam lain akan mudah untuk menilai dia tidak menunjukkan tindakan disiplin tertentu. Dia akan dianggap lemah dan permisif jika itu tidak jelas bahwa ia cukup peduli tentang dosa-dosa umatnya dengan mengajar, membimbing, dan mendisiplinkan mereka. Ditambah lagi bahwa ada kehadiran Bessarion dari tanah Mesir di antara umat hari itu. Imam telah mendengar banyak kisah besar tentang Bessarion dan kuatir bahwa Bessarion akan kecewa berat pada dirinya jika ia tidak melakukan sesuatu tindakan. Di atas semuanya itu, Bessarion dikenal berpuasa secara ekstensif dan berdoa terus-menerus. Bessarion adalah seorang guru spiritual yang diterima tetapi tidak menuntut kekaguman orang-orang Kristen -khususnya para klerus- di Mesir. Jadi, imam itu cemas dan tahu ia harus membuat keputusan. Bessarion melihat dengan perhatian sang imam yang tampak begitu jelas cemas dan tertekan. Bessarion memperhatikan bahwa mata imam dengan cepat mengawasi terus tertuju ke pria yang duduk di dekatnya ketika waktu berdoa dan beribadah. Mengetahui bahwa ada rohaniwan lain yang hadir, Bessarion menyimpulkan bahwa kehadiran orang ini mengganggu imam yang memimpin ibadah itu. Kemudian, imam itu melakukan sesuatu yang mengejutkan bahkan bagi Bessarion. Dari hadapan jemaat, imam mengatakan kepada orang yang dikenal sebagai pendosa itu bahwa ia harus pergi meninggalkan gereja karena dosanya tidak disukai. Imam itu berpikir bahwa ini adalah langkah yang tepat dan jelas yang menunjukkan kesucian dan standar yang luar biasa tapi dia juga harus terkejut ketika Bessarion juga berdiri dan minta diri. Semua mata berbalik menyaksikan Bessarion yang berjalan menuju pintu keluar -juga mata orang yang dikucilkan itu. Imam terkejut dan bertanya kepada Bessarion mengapa meninggalkan gereja. Bessarion mengangkat bahu dan menjawab, “Engkau meminta orang berdosa ini untuk meninggalkan gereja. Aku juga orang berdosa”. Setelah berkata demikian, ia membuka pintu dan meninggalkan ibadah untuk berada bersama pendosa yang terbuang itu dan menemukan kembali Yesus dan Gereja.
Dia belajar cara-cara hidup monastik dari para rahib sendiri dan menghabiskan beberapa waktu belajar di bawah Abba Gerasimus. Bessarion mempelajari cara hidup pertapaan eremit dari St. Antonius Agung atau Abba Antonius (Ἀβᾶς Ἀντώνιος, kira-kira 251 – 356; diperingati pada 30 Januari). Setelah kembali, ia menerima tahbis-cukur (tonsura; koura) atau tonsur monastik dan menjadi murid St. Isidorus dari Pelusium atau dikenal juga sebagai Rahib Isidor Pelusiotes (kira-kira436-440, diperingati pada 17 Februari). Abba Bessarion diinisiasi ke dalam kehidupan malaikat oleh St. Antonius Agung. Dia kemudian menjadi murid St. Makarius, pendiri Scetis atau St. Makarius Agung dari Mesir (kira-kira 300-391; diperingati pada 1 Februari) dan belajar kehidupan kerahiban darinya, dan kemudian ditetapkan untuk mengarahkan hidup sebagai seorang pengembara, hidupnya ditanggung ke sana-sini oleh penyelenggaraan Ilahi seperti burung oleh angin. Sebelum mendirikan biaranya sendiri, Bessarion mengembara di antara sel-sel Skiti [kelompok monastik yang terikat secara longgar dari “pemukiman-pemukiman kecil (“padhepokan-padhepokan”)]. Semua harta miliknya terletak pada Injil, yang ia selalu ada di tangannya. St. Bessarion mengambil atas dirinya sebuah kaul/nazar untuk hidup dalam keheningan. Karena kedekatan yang besar kepada Allah, ia diberi banyak karunia-karunia rohani untuk memanifestasikan kemuliaan Allah. St. Bessarion menerima dari Allah karunia melakukan mukjizat-mukjizat. Dia dikenal sebagai Sang Pelaku Mukjizat baik di padang gurun dan kota-kota Mesir.
Cintanya kepada Allah ditunjukkan dengan dengan kisah berikut. Dia juga dikatakan telah memiliki sebuah visi dari Theophilus dari Alexandria, Patriarkh fasik dari Alexandria, Mesir (ia dianggap sebagai orang suci oleh Gereja Orthodox Koptik; 385-412) menghancurkan kuil-kuil pagan. Muridnya, Doula, yang namanya berarti seorang budak, mencatat cerita dan ucapan St. Bessarion ini. Kami pergi ke kota Lycus, dan mengunjungi Yohanes, dan menyapa dia dan berdoa. Lalu mereka duduk dan mulai berbicara tentang sebuah visi yang telah mereka lihat. Bessarion berkata, “Tuhan telah memerintahkan penghancuran kuil–kuil pagan”. Maka, hal itu dilakukan dan kuil-kuil pagan dihancurkan. Dengan doanya, Tuhan mengirim hujan di atas bumi, dan ia bisa menyeberangi sungai seolah-olah di tanah kering. Saat diminta, dia akan mengusir setan dari mereka yang menderita karena penindasan rohani. Dengan satu kata dia mengusir setan, tetapi ia hanya akan melakukannya secara pribadi karena keinginannya sendiri untuk menghindari mengambil salah satu dari karunia atas hal besar yang Tuhan lakukan melalui dia dan untuk menghindari kemuliaan. Melalui cara-cara hidup Injil ini kehidupannya menjadi bejana yang dipilih oleh Sang Rahmat, dan Allah melakukan banyak mukjizat melalui dia.
Suatu hari, misalnya, ketika pada sebuah perjalanan muridnya sangat diliputi oleh rasa haus, ia membuat air laut yang asin menjadi manis dan segar tanpa bantuan peralatan ilmiah, melainkan melalui tanda salib, untuk memuaskan dahaga muridnya. Ketika Doula, muridnya ingin menyimpan sebagian air yang manis itu untuk sisa perjalanan, ia mencegah dia, katanya, ‘Allah ada di sini, Allah ada dimana-mana!”. Pada lain waktu, setelah berdiri selama dua minggu dalam doa dengan tangan diangkat ke Sorga, ia menurunkan hujan cukup untuk mengisi mantel jubah saudara yang haus itu. Abba Doula, murid Bessarion, mengatakan, “Aku pernah masuk ke sel abba-ku, dan menemukan dia berdiri, berdoa, dengan tangan terulur ke surga. Dia tetap seperti itu selama empat belas hari”. Pada akhir doanya dia memanggilku dan berkata, “Ikutlah denganku”. Kami pergi keluar dan berjalan melalui padang gurun. Aku sangat haus, dan berkata kepadanya, “Abba, Aku haus”. Dia melepas jubahnya dan pergi sepelemparan batu, ia berdoa dan membawa aku jubah yang penuh air. Lalu ada waktunya ketika dia menghentikan matahari dari peredarannya sampai ia mencapai sel seorang staretz (tetua) yang ia ingin bertemu, dan saat itu ia berjalan menyeberang di air sebuah sungai seolah-olah berjalan di lahan kering.
Ia menyembuhkan orang sakit dan mengadakan banyak mukjizat lain untuk kepentingan umat dan untuk kemuliaan Allah. Melalui kuasa Kristus, ia membangkitkan seorang lumpuh, mengusir keluar roh-roh jahat dan menunjukkan dirinya benar-benar menjadi seorang ‘tuhan’ atas bumi. Melalui semua ini dan banyak keajaiban lainnya yang dikerjakan oleh Sang Orang Kudus, Allah menunjukkan, sebagaimana yang Dia perbuat kepada Musa, Yosua dan Elia, bahwa Dia memberikan penguasaan hamba-Nya bahkan atas fenomena alam.
Pada saat kedatangannya ke sebuah biara dimana saudara-saudara para rahib dipimpin hidup bersama, ia duduk menangis di pintu gerbang. Seorang saudara suatu hari pernah bertanya kepadanya dengan keramah tamahan mengapa ia bersedih hati. “Aku tidak bisa hidup di bawah atap, sampai aku telah mendapatkan kembali kekayaan rumahku”, maksud dari jawabannya, berarti warisan Sorgawi hilang sejak Adam. “aku menderita, dalam bahaya kematian setiap hari, dan tanpa istirahat karena kemalangan besarku yang memaksaku pernah melakukan perjalanan dalam rangka untuk menyelesaikan pelajaranku”. Dia mengembara selama empat puluh tahun tanpa pernah berbaring untuk tidur, dan ia menghabiskan sepanjang empat puluh hari empat puluh malam berdiri berjaga penuh di dalam semak berduri. Pada suatu hari musim dingin, ia sedang berjalan melalui sebuah desa ketika ia datang ke orang mati. Tanpa ragu-ragu, ia melepas mantelnya sendiri dan menutupi tubuh itu. Lebih jauh lagi, ia memberikan jubah kepada seorang pria miskin yang menggigil dalam dingin. Seorang perwira tentara, yang kebetulan lewat, melihat sang pertapa telanjang dan ingin tahu siapa yang menanggalkan pakaiannya. ‘Dia yang melakukan!’ jawab Bessarion, sambil mengacungkan Kitab Injil. Pada kesempatan lain, ia bertemu dengan seorang pria miskin dan ia tak memiliki sesuatupun untuk memberikan dia sedekah, ia bergegas ke pasar untuk menjual Kitab Injilnya. Pada muridnya yang bertanya kepadanya di mana Kitab itu, dia menjawab dengan riang, “Aku telah menjualnya dalam ketaatan kepada kata-kata yang aku tidak pernah berhenti untuk mendengar: ‘juallah segala milikmu dan berikan kepada orang miskin’ (Mat19:21). “Ketika, setelah mencapai tujuannya, dia berada di titik mendapatkan kembali tempat tinggal di Sorga yang telah dicari selama pengembaraannya, ia berkata kepada orang-orang tentang dia, “Rahib seharusnya, seperti kerubim, menjadi semua mata” (Why 4:6, 8). “Dalam jawaban kepada seorang saudara yang bertanya apakah yang harus dilakukan seorang rahib yang hidup dalam komunitas dan masyarakat, ia menjawab: ‘Berdiam diri, tetap dalam keheningan dan tidak mengukur diri sendiri.’ Memang, ini adalah bagaimana bahkan di tengah-tengah masyarakat, seseorang bisa memperoleh rahmat para petapa besar”. Dia pergi dengan damai kepada Tuhan di usia tuanya pada tahun 466M.
“St. Bessarion Agung, Sang Pelaku Mukjizat dari Mesir doakanlah kami yang berjalan dengan iman bersamamu. Amin! “
____
Troparion — Irama 4
Ya Allah Bapa kami,
Senantiasa bertindak dengan kebaikan terhadap kami;
janganlah mengambil belas kasih-Mu dari kami,
tapi bimbing hidup kami dalam damai
melalui doa Yang dimuliakan Bessarion dan Hilarion yang Baru.
Kontakion — Irama 2
Engkau mengikuti kuasa yang tinggi, Yang dimuliakan Bessarion,
hidup dengan teladan kehidupan mereka yang melakukan perjalanan.
Dipimpin oleh keinginan teguh untuk hal-hal baik Sorgawi dari Kristus Raja,
engkau meletakkan segala sesuatu lewat dari pikiranmu dan mencapai kepada-Nya.
Mohonkanlah pada Dia tanpa henti demi kita semua!