+ diperingati 24 Juni / 11 Juni (kalender Gereja)
Menurut Tradisi, semasa terjadi penganiayaan terhadap Gereja oleh kaum ikonoklas Leo III Isaurian (717-741), sebuah ikon Theotokos dihancurkan oleh pedang para prajurit kaisar. Darah mengalir dari Ikon itu sampai ke laut. Karena terguncang oleh mujizat ini, si pendosa itu kemudian bertobat dan pergi ke Gunung Athos. Suatu hari dia melihat Ikon tersebut, yang telah mengapung dari Konstantinopel, sampai ke pantai, terlihat darah dan membuat airnya merah. Ia berlari kesana dan, dengan rasa takut gemetar, ia membawanya ke gereja Protaton. Ikon itu berhenti mengeluarkan darah, menandakan bahwa Panagia telah mengampuni dia karena pernah menodai ikon kudusnya.
Bertahun-tahun kemudian, seorang Tetua bersama muridnya tinggal di sebuah goa dekat Karyes. Pada Sabtu malam tahun 982, sang Tetua pergi menghadiri Sembahyang Tengah Malam di Karyes, meninggalkan muridnya agar melakukan sembahyang di pondok (biara kecil) mereka. Ketika itu gelap, seorang rahib tak dikenal datang ke pondoknya. Ia mengatakan namanya Gabriel, kemudian si murid mengajaknya masuk.
Karena itu waktunya Sembahyang tengah malam, dua rahib ini mulai berdoa didepan Ikon Bunda Allah. Ketika mereka menyelesaikan kidung ke delapan dari Kanon yang mereka baca, si murid mulai mengidung : “Jiwaku memuliakan Tuhan…” (ref. Luk1:46) dan ketika dia mengidungkan irmos St Kosmas sang himnografer (+14 Okt): “Lebih terhormat dari kerubim…” Sang pengunjung kemudian melanjutkan bait kidung : “Sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia” (ref. Luk1:48). Kemudian setelah ini bukannya langsung mengidung “Lebih terhomat dari Kerubim…” sang pengunjung ini mendahuluinya dengan kidung : “Sungguhlah patut dan benar memberkatimu, ya Sang Theotokos, yang selalu terberkati dan sangat termurni, serta Bunda dari Allah kita.” Kemudian ia melanjutkan dengan “Lebih terhormat dari kerubim…”
Sewaktu menyanyikan kidung ini, Ikon tersebut tersinari dengan cahaya surgawi, dan si murid menangis haru ia meminta sang tamunya menuliskan bait baru itu, tetapi waktu itu tidak tersedia kertas. Si tamu asing mengambil sebuah genteng dan menuliskan seluruh kidung itu dengan jarinya, seolah saja terbuat dari lilin. Si murid kemudian tersadar bahwa yang ia jumpai bukanlah rahib biasa, tapi Malaikat Gabriel. Sang pengunjung itu mengatakan padanya, “Lagukanlah kidung ini demikian, serta semua umat Orthodox.” Kemudian ia menghilang. Cahaya itu masih bersinar dari Ikon untuk waktu yang lama.
Ikon Eleousa (murah hati) Bunda Allah, yang mana kidung “Sungguhlah Patut” pertama dikidungkan, dipindahkan ke sebuah katolikon di Karyes. Genteng tersebut, dimana kidung dituliskan Malaikat Gabriel, dibawa ke Konstantinipel ketika St. Nicholas Chrysoberges (+16 Desember) menjadi Patriakh.
Banyak salinan Ikon “Sungguhlah Patut” dihormati di gereja-gereja Rusia. Di pantai Galerna di St. Petersburg sebuah gereja dengan lima kubah dibangun untuk menghormati Yang murah hati Bunda Allah, dan didalamnya mereka meletakkan salinan Ikon “Axion Estin” yang dikirim dari gunung Athos.
Ada tulisan di bagian gambar gulungan yang dipegang Kristus : “Roh Allah turun atas ku.”
Ikon Axion Estin disimpan di katolikon Dormition di Karyes, Gunung Athos. Ditempatkan di kursi batu Igumen. Gereja tersebut dikenal sebagai Protaton sebab merupakan gereja pertama yang dibangun di Gunung Athos tahun 843 oleh St. Athanasios dari Gunung Athos (+5 Juli) ikonografi gerejanya diselesaikan pada abad ke 13 oleh ikonografer terkenal Emmanuel Panselinos.
Nama Ikon itu diambil dari kidung setelah epiklesis sewaktu Liturgi Suci. Pondok dimana mujizat terjadi dikenal dengan nama “Axion Estin.” Mujizat terjadi pada 11 Juni 982, pada hari Minggu. Genteng tersebut dimana kidung dituliskan dipindahkan ke Kepatriakhan Konstantinopel dan ditunjukkan untuk penghormatan oleh para umat di Gereja St. Stefanus. Hingga sekarang, kidung Axion Estin menjadi bagian dalam Liturgi Suci dan ibadah-ibadah lainnya dalam Gereja.
Ikon tersebut dihormati dan diarak pada Senin Gemilang (setelah Paskah), dan banyak terjadi mujizat di hari tersebut.
Pada Ikon itu ada tulisan “Μήτηρ Θεού Καρυώτισσα” atau Bunda Allah Karyotissa (dari Karyes). Asalnya dari Konstantinopel, dan termasuk tipe Panagia Eleousa, yangmana telah dituliskan sendiri oleh Rasul Lukas Penulis Injil.
Pada peringatan seribu tahun gunung Athos 1963, Ikon Axion Estin untuk pertama kalinya dihormati di Athena oleh ribuan umat. Di tahun 1985 dibawa ke Tesaloniki dengan kapal militer dan diterima pejabat negara disana dengan penghormatan yang sama.
__________
(bess-240620)
Ref.:
https://www.oca.org/saints/lives/1999/06/11/101695-synaxis-of-the-axion-estin-icon-of-the-mother-of-god