Hari Raya Rasul Petrus dan Paulus, Yang Kudus, Mulia dan Terpuji Diantara Para Rasul


+ Diperingati 12 Juli / 29 Juni (kalender Gereja)

Sermon dari Yang Terberkati Agustinus, Uskup Hippo (Ipponesia), 354–430.

Pada hari ini Gereja Suci memperingati penderitaan Para Rasul suci mulia dan terpuji St. Petrus dan St. Paulus.
St. Petrus, pengikut setia Yesus Kristus, atas pengakuan besarnya akan Keilahian Kristus : “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!”, – ia kemudian dianggap layak oleh Juruselamat untuk menerima jawaban: “Berbahagialah engkau Simon… Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus (petros) dan di atas batu karang (petra) ini Aku akan mendirikan Gereja-Ku” (Mt. 16: 16-18). Kata diatas “batu karang ini” (petra), adalah yang dimana dia mengakatakan “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup”, – inilah dimana pengakuanNya – Aku akan mendirikan GerejaKu. Maka dari itu kata “engkau adalah Petrus”: adalah bahwa dari “baru karang” (petra) itulah Petrus (petrus) berasal, bukan “batu karang” (petra) yang berasal dari Petrus (petros) – sebagaimana halnya orang Kristen berasal dari Kristus, bukan Kristus yang berasal dari orang Kristen. Apakah kau ingin mengetahui, dari bentuk “batu karang” (petra) apakah Rasul Petrus (Petros) dinamakan? – Maka dengarlah perkataan Rasul Paulus: “Aku mau, supaya kamu mengetahui, saudara-saudara, bahwa nenek moyang kita semua berada di bawah perlindungan awan dan bahwa mereka semua telah melintasi laut. Untuk menjadi pengikut Musa mereka semua telah dibaptis dalam awan dan dalam laut. Mereka semua makan makanan rohani yang sama dan mereka semua minum minuman rohani yang sama, sebab mereka minum dari batu karang rohani yang mengikuti mereka, dan batu karang itu ialah Kristus” (1 Korin. 10: 1-4). Disinilah darimana bahwa dari “Batu Karang” itulah Petrus berasal.

Tuhan kita Yesus Kristus, ketika di akhir hidupNya di dunia, dalam hari-hari karya misiNya kepada bangsa manusia, memilih kedua-belas muridNya untuk mengajarkan Firman Allah. Diantara mereka itu, Rasul Petrus yang karena semangatnya yang berapi-api disebut yang pertama (Mat.10:2) dan menjadi pribadi yang representatif bagi keseluruhan Gereja. Karena itu dikatakan padanya, setelah pengakuan tersebut : “Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga (Mat.16:19). Oleh karena itu bukanlah terhadap satu orang saja, melainkan Satu Gereja Universal, yang menerima “kunci” ini dan kuasa wewenang untuk “mengikat dan melepaskan”. Serta bahwa sebenarnya Gereja-lah yang menerima kuasa ini, dan bukanlah terkhusus satu orang saja, perhatikanlah bagian lain dari Kitab Suci, dimana Tuhan yang sama mengatakan juga kepada seluruh RasulNya: “Terimalah Roh Kudus”, – kemudian setelah itu:  “Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada” (Yoh. 20: 22-23); atau demikian “Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga” (Mat.18:18). Jadi, Gereja-lah yang mengikat, Gereja-lah yang melepaskan; Gereja, yang dibangun di atas dasar batu pejuru – Yesus Kristus sendiri (Efesus 2:20), yang mengikat dan melepaskan. Biarlah baik perikatan dan pelepasan menjadi ditakuti: yang dilepaskan, agar tidak jatuh dibawahnya lagi; yang diikatkan, agar tidak selamanya dalam keadaan ini.
“Masing-masing tertangkap dalam hawa nafsu dosanya sendiri dan terjerat dalam tali dosanya” kata Amsal (Ams. 5:22); selain Gereja Suci tidak ada yang mungkin dapat menerima yang dilepaskan.

Dan setelah KebangkitanNya, Tuhan mempercayakan Rasul Petrus menggembalakan kawanan rohaniNya bukan berarti diantara para murid itu hanya Petrus saja yang pantas menggembalakan kawanan domba Kristus, melainkan bahwa Kristus menunjuk kepada Petrus artinya bahwa Petrus sebagai yang pertama diantara Para Rasul dan mewakili Gereja; disamping itu, dalam contoh Petrus sebagai yang pertama diantara Para Rasul, Kristus hendak menegaskan kesatuan daripada Gereja.

“Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?” Jawab Petrus kepada-Nya: “Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.” Kata Yesus kepadanya: “Gembalakanlah domba-domba-Ku.”
Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?” Jawab Petrus kepada-Nya: “Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.” Kata Yesus kepadanya: “Gembalakanlah domba-domba-Ku.”
Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?” Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: “Apakah engkau mengasihi Aku?” Dan ia berkata kepada-Nya: “Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.” Kata Yesus kepadanya: “Gembalakanlah domba-domba-Ku” (Yoh.21:15-17). Disamping ini, ketiga pertanyaan ke Petrus dan ketiga pengakuan Petrus kepada Tuhan memiliki maksud tujuan tertentu bagi Rasul. Dia yang kepada siapa diberikan “Kunci Kerajaan” serta kuasa wewenang untuk “mengikat dan melepaskan”, dirinya sendiri ketiga kalinya mengikat diri karena takut dan pengecut (Mat.26:69-75), dan Tuhan tiga kali melepaskan dia dengan pertanyaanNya kemudian karena pengakuan kasihnya yang kuat mengikatnya. Dan kepada para gembala kawanan Kristus yang diperoleh dengan semua Rasul serta para penerus-lanjut mereka. “Jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan,” – demikian Rasul Paulus mengarahkan para presbiter (penatua), – karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi uskup (penilik) untuk menggembalakan Gereja Allah yang diperoleh-Nya dengan darah Anak-Nya sendiri” (Kis. 20: 28); kemudian juga Rasul Petrus kepada para penatua : “Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri. Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu. Maka kamu, apabila Gembala Agung datang, kamu akan menerima mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu” (1 Pet.5:2-4).

Baik sekali bahwa Kristus, mengatakan : “Gembalakanlah dombaKu”, – bukan berkata: “Gembalakanlah dombamu”, – melainkan memberi makan (menggembalakan), menjadi pelayan yang baik, bagi domba Tuhan. “Adakah Kristus terbagi-bagi? Adakah Paulus disalibkan karena kamu? Atau adakah kamu dibaptis dalam nama Paulus?” (1 Kor. 1: 13). Demikian supaya “serigala perampok, serigala penindas, guru-guru palsu dan pencuri, tidak mengganggu kawanan domba” (Mat.7:15; Kis.20:29; 2 Pet.2:1; Yoh.10:12), yang setelah merampas kawanan dan membuat rampasan itu seolah sebagai perolehan mereka sendiri, mereka berpikir merekalah yang telah memberi makan (menggembalakan) kawanan dombanya. Yang demikian itu bukanlah imam yang baik sebagai gembala dari Tuhan. “Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya” (Yoh. 10: 11), yang dipercayakan padanya oleh Sang Gembala Agung sendiri (1 Pet.5:4). Demikianlah Rasul Petrus, benar dalam panggilannya, memberikan nyawanya bagi kawanan domba Kristus, memeteraikan kerasulannya oleh kematian-martirnya, sekarang dimuliakan diseluruh dunia.

Demikian juga Rasul Paulus, sebelumnya bernama Saulus, diubahkan dari sosok serigala perampok menjadi domba yang lembut; dulu dia menjadi musuh Gereja, kemudian bermanifestasi menjadi seorang Rasul; dulu dia melawan ajarannya, kemudian mengajarkankannya. Setelah mendapatkan kuasa penuh dari imam-imam kepala untuk menangkap dan mengikat semua orang Kristen untuk dihukum, ia yang telah “berkobar-kobar hati untuk mengancam dan membunuh murid-murid Tuhan” (Acts 9: 1), ia yang dulu haus darah, tetapi kemudian – “Dia, yang bersemayam di sorga, tertawa; Tuhan mengolok-olok mereka” (Maz.2:4). Ketika dia, yang “telah menganiaya dan menyiksa” Gereja Allah (1 Kor.15:9; Kis.8:5), pergi menuju Damaskus, Tuhan memanggilnya dari Surga: “Saulus, Saulus, mengapa engkau menganiaya Aku?” – Aku berada disini dan disana, dimana-mana: disini KepalaKu; disana TubuhKu. Tidaklah mengejutkan hal ini; karena diri kita sendiri inilah – adalah anggota Tubuh Kristus.
“Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?” (Kis.9:4-5). Saulus, ia rebah ke tanah ketakutan, berseru “Siapakah Engkau, Tuhan?” Kata-Nya: “Akulah Yesus yang kauaniaya itu”. Kemudian Saulus berubah “Apa yang Engkau inginkanku lakukan?” ia mendengar suara : “bangunlah dan pergilah ke dalam kota, di sana akan dikatakan kepadamu, apa yang harus kauperbuat” (Kis.9:6). Dari sini Tuhan mengirim Ananias: “Mari, pergilah ke jalan yang bernama Jalan Lurus, dan carilah di rumah Yudas seorang dari Tarsus yang bernama Saulus”, “Pergilah, sebab orang ini adalah alat pilihan bagi-Ku untuk memberitakan nama-Ku kepada bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-orang Israel” (Kis.9:11,15,18). Bejana ini harus dipenuhi dengan Rahmat Tuhan. “Tuhan, dari banyak orang telah kudengar tentang orang itu, betapa banyaknya kejahatan yang dilakukannya terhadap orang-orang kudus-Mu di Yerusalem.
Dan ia datang ke mari dengan kuasa penuh dari imam-imam kepala untuk menangkap semua orang yang memanggil nama-Mu” (Kis. 9: 11, 15-16). Lalu sesungguhnya Tuhan mengarahkan Rasul Paulus, akan bagaimana penderitaan yang harus dia lalui karena NamaNya. IA memerintahkan apa yang diperbuatnya; dia tidak menyerah karena dirantai, dibelenggu, dipenjara dan oleh kapal karam; IA (Tuhan) sendiri turut merasakan penderitaan Paulus, IA sendiri membimbingnya sampai hari itu. Di setiap hari peringatan penderitaan dari kedua Rasul ini, meskipun mereka menderita pada hari dan tempat yang berbeda, tetapi roh dan kesaling-terikatan penderitaan mereka adalah satu. Petrus mendahului, kemudian Paulus menyusul, – dulu disebut Saulus, kemudian menjadi Paulus, setelah mengubah keangkuhannya menjadi kerendahan-hati, sebagaimana makna dari namanya (Paulus), yang berarti “kecil, kekurangan”, – menunjukkan ini.
Menjadi apakah Rasul Paulus setelah ini? Tanyakan dia, dan dia sendiri akan menjawab : “aku ini”, kata dia, – “adalah yang paling hina dari semua rasul,” “..aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku” (1 Cor. 15: 9-10).

Jadi saudara-saudara, sekarang dengan merayakan peringatan Rasul suci St. Petrus dan St. Paulus, mengenang penahanan deritanya, kita menghormati kehidupan kudus dan iman sejatinya, kita menghormati penderitaan yang tanpa kesalahan dialaminya serta pengakuan-imannya yang murni. Menunjukkan kasih dalam mereka akan kualitas hidupnya yang agung dan mengikuti teladannya yang dengan jerih payah, untuk menjadi serupa dengan mereka (2 Tes.3:5-9), sehingga kita dapat mencapai kebahagiaan abadi yang telah disiapkan bagi semua orang kudus. Jalan hidup kita dahulu yang lebih menyedihkan, berduri, lebih berat, tetapi “kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita” (Ibrani 12:1), setelah melewati semua itu, membuat kita sekarang semakin mudah, dan ringan, serta lebih siap-dilewati. Pertama kali yang telah melaluinya “Sang Pendiri dan Penggenap iman” Tuhan kita Yesus Kristus sendiri (Ibrani 12:2); kemudian Para RasulNya yang berani yang mengikuti setelah DIA; lalu disusul para martir, baik anak-anak, perempuan, para perawan dan banyak sekali (martir) saksi-saksi. Siapakah yang bertindak didalam diri mereka dan yang menolong mereka menempuh jalan ini? – IA lah yang mengatakan : “Diluar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa” (Yoh.15:5).

_________
(bess120721)
Ref.: https://www.holytrinityorthodox.com/htc/ocalendar/los/June/29-01.htm

Tinggalkan Balasan