Pada hari ini, Jumat Agung dan Suci, kita merayakan Masa Sengsara dari Tuhan dan Allah serta Juruselamat kita Yesus Kristus yang kudus, mengagumkan – peludahan, pemukukan, hentakan, hinaan, caci maki, mengenakan jubah ungu, buluh, cuka, paku, tombak, dan diatas semuanya, Penyaliban dan Kematian yang oleh KehendakNya sendiri ditanggungnya demi keselamatan kita – dan juga si pencuri yang mengaku dosanya diatas kayu salib.
Setelah Tuhan Yesus dijual demi tiga puluh keping perak, dikhianati oleh seorang sahabat dan murid, IA dibawa kepada imam besar (Ananias). Ananias kemudian mengirim Tuhan ke Kayafas, disana IA diludahi dan secara bersamaan di caci-maki dan di tertawakan. IA mendengar mereka mengatakan, ”Cobalah katakan kepada kami, hai Mesias, siapakah yang memukul Engkau?” (Matius 26:68). Kemudian banyak saksi palsu dan penuduh tiba, karena IA pernah mengatakan, “Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali.” (Yohanes 2:19) dan karena IA sendiri mengatakan tentang DiriNya, “Aku adalah Anak Allah” (Matius 27:43), juga karena IA telah mengatakan, “Akan tetapi, Aku berkata kepadamu, mulai sekarang kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di atas awan-awan di langit.” (Matius 26:64). Pada saat itu, sang imam besar mengoyak pakaiannya, mengatakan “Ia menghujat Allah. Untuk apa kita perlu saksi lagi? Sekarang telah kamu dengar hujat-Nya!” (Matius 26:65). Lalu keesokan harinya, Yesus dibawa ke gedung pengadilan, ke Pilatus, dan mereka sendiri tidak masuk supaya tidak menajiskan diri, sebab mereka hendak makan Paskah. (Yohanes 18:28)
Kemudian ketika Pilatus datang, dia bertanya kepada mereka tentang Yesus, sambil berkata, “Apakah tuduhan kamu terhadap orang ini?” (Yohanes 18:29). Karena dia tidak menemukan alasan yang masuk akal untuk tuduhan itu, dia mengirim Kristus ke Kayafas, karena dialah yang menyerahkan-Nya, dan Kayafas mengirim Dia kembali ke Pilatus. Kemudian Pilatus berkata kepada mereka “Ambillah Dia dan hakimilah Dia menurut hukum Tauratmu.” Kata orang-orang Yahudi itu: ”Kami tidak diperbolehkan membunuh seseorang.” (Yohanes 18:31). Mereka mengatakan ini sehingga Pilatus akan mengumumkan hukuman mati di kayu salib. Pilatus bertanya kepada Yesus apakah Dia adalah Raja orang Yahudi, dan Yesus mengakui hal ini dan berkata bahwa Kerajaan-Nya kekal dan bukan dari dunia ini (Yohanes 18:36). Pilatus ingin membebaskan Yesus dan pertama-tama memberi tahu orang banyak itu bahwa dia tidak menemukan tuduhan yang serius terhadap-Nya. Kemudian dia mengingatkan orang-orang Yahudi tentang kebiasaan mereka membebaskan tahanan pilihan mereka pada hari raya Paskah. Orang banyak itu menyebut Barabas si perampok sebagai pilihan yang bisa diterima, bukan Kristus. Pilatus kemudian berusaha menenangkan orang banyak, tetapi tidak berhasil. Ia membawa Dia keluar menyerahkan kepada prajurit lalu dicambuk. Kemudian mereka mengenakan Dia jubah ungu dan sebuah mahkota duri di atas kepala-Nya yang dan meletakkan sebuah buluh di tangan kanan-Nya seolah-olah itu adalah tongkat kerajaan. Pada waktu itu, mereka mengejek, ”Salam, hai raja orang Yahudi!” (Mat 27:29; Mark 15:18; Yohanes 19: 3). Pilatus menunjukkan bahwa ia bertindak melawan hati nuraninya dengan mengatakan lagi, ”Aku tidak mendapati kesalahan apa pun pada-Nya” (Yohanes 18:38; Yohanes 19: 6; Lukas 23: 4). Para pemimpin Yahudi menjawabnya, ”Kami mempunyai hukum dan menurut hukum itu Ia harus mati, sebab Ia menganggap diri-Nya sebagai Anak Allah.” (Yohanes 19: 7).
Sementara dikatakan semuanya itu, Yesus diam. Tetapi orang banyak itu berteriak kepada Pilatus, “Salibkan Dia, salibkan Dia” (Yohanes 19: 6). Karena itu mereka ingin menghancurkan Dia melalui kematian yang memalukan, sehingga mereka dapat menghancurkan kemuliaan yang dimiliki Yesus. Pilatus berkata, ”Haruskah aku menyalibkan rajamu?” Jawab imam-imam kepala: ”Kami tidak mempunyai raja selain dari pada Kaisar!” (Yohanes 19:15). Karena mereka tidak bisa mendapatkan jalan mereka dengan cara lain, mereka mengucapkan hujatan ini karena Yesus dengan jelas menyebut diri-Nya Anak Allah, dan mereka ingin Kaisar berdiri di tempat-Nya sehingga memenuhi keinginan mereka. Karena itu mereka berkata, ”Jikalau engkau membebaskan Dia, engkau bukanlah sahabat Kaisar. Setiap orang yang menganggap dirinya sebagai raja, ia melawan Kaisar.” (Yohanes 19:12).
Sementara ini terjadi, istri Pilatus – Procula Claudia (+ 27 Oktober), menyampaikan pesan kepadanya bahwa dia terganggu oleh mimpi yang menakutkan, dan dia berkata, ”Jangan engkau mencampuri perkara orang benar itu, sebab karena Dia aku sangat menderita dalam mimpi tadi malam.” (Mat. 27:19). Kemudian Pilatus mencuci tangannya dan dengan jelas menolak tanggung jawab atas darah Orang Benar. Tetapi orang-orang berteriak, ”Biarlah darah-Nya ditanggungkan atas kami dan atas anak-anak kami!” (Mat. 27:25). ”Jikalau engkau membebaskan Dia, engkau bukanlah sahabat Kaisar.” (Yohanes 19:12). Meskipun Pilatus dengan pasti tahu bahwa Yesus tidak bersalah, ia takut kepada Kaisar dan dengan demikian meneguhkan hukuman mati Tuhan di kayu Salib, dan dia melepaskan Barabas. Ketika Yudas melihat ini, dia membuang koin perak dan keluar dan menggantungkan diri.
Para prajurit mengejek Yesus, memukuli kepala-Nya, dan mereka memberikan Salib pada-Nya untuk dipikul. Kemudian mereka memaksa Simon dari Kirene, untuk ikut memikul SalibNya. Sekitar jam ketiga, mereka mencapai Bukit Tengkorak, dan mereka menyalibkan Dia di sana. Di sebelah kanan dan kiri mereka menyalibkan dua pencuri sehingga Yesus tampak seperti penjahat. Para prajurit membagi pakaian-Nya, membuang undi untuk jubah yang dikenakan-Nya. Mereka melakukan semua itu dengan kebencian yang berlebihan, seolah-olah mereka sedang mabuk. Mereka mengejek berkata kepada Yesus di kayu Salib, ”Hai Engkau yang mau merubuhkan Bait Suci dan mau membangunnya kembali dalam tiga hari, turunlah dari salib itu dan selamatkan diri-Mu!” (Markus 15: 29-30). Dan mereka melanjutkan, Baiklah Mesias, Raja Israel itu, turun dari salib itu, supaya kita lihat dan percaya.” (Markus 15:32).
Namun, jika mereka telah merefleksikan dan memahami dengan benar, mereka akan berharap untuk meminta bantuan kepada-Nya tanpa ragu, karena Dia membuktikan diri-Nya bukan hanya Raja Israel, tetapi bahkan seluruh dunia.
Karena apa makna lainnya ketika matahari tertutup gelap ketika peristiwa Penyaliban Kristus pada jam ketiga, di tengah hari, jika bukan bahwa Sengsara Tuhan dapat terungkap bagi semua orang? Juga apa maknanya ketika bumi berguncang dan batu karang terbelah, tidakkah ini menegur hati para imam kepala yang sekeras batu? Dan ketika itu banyak orang mati bangkit untuk menegaskan akan kebangkitan umum, tidakkah itu memberikan bukti bahwa kekuasaan nampak dari Dia Yang Menderita? Lebih lagi ketika tabir bait suci terbelah dua dari atas sampai kebawah, tidakkah itu bermakna bahwa bait suci sedang marah, karena Dia Yang dimuliakan didalamnya sedang menderita? Pada jam ketiga, Kristus disalibkan, sebagaimana dituliskan St. Markus; dari jam ke enam sampai jam kesembilan terjadi gelap gulita meliputi seluruh daerah itu (Markus 15:33). Sang kepala prajurit Longinus (+16 Oktober), yang menjadi saksi peristiwa mengagumkan itu dan khususnya matahari yang menjadi gelap, berseru “Sungguh, orang ini adalah Anak Allah!” (Matius 27:54; Markus 15:39). Dari dua pencuri yang disalib disamping Yesus, satu mencerca Dia, dan satu yang lain lagi menegur dia yang mencerca Yesus, lalu mengaku Kristus adalah Sang Anak Allah. Karena pengakuannya itu, Sang Juruselamat memberi imbalan atas imannya dan mengatakan bahwa ia akan berada di Firdaus bersama denganNya pada hari itu. Si pencuri yang baik diperingati 12 Oktober.
Ketika banyak bentuk hinaan ditujukan pada Tuhan Yesus, Pilatus memasang tulisan diatas kayu Salib, “Yesus, orang Nazaret, Raja orang Yahudi.” (Yohanes 19:19). Maka kata imam-imam kepala orang Yahudi kepada Pilatus: ”Jangan engkau menulis: Raja orang Yahudi, tetapi bahwa Ia mengatakan: Aku adalah Raja orang Yahudi.” 22Jawab Pilatus: ”Apa yang kutulis, tetap tertulis.” (Yohanes 19:21-22). Dan ketika Sang Juruselamat mengatakan, “Aku haus” (Yohanes 19:28), mereka memberikan anggur asam pada hisop kepadaNya. Setelah mengatakan, ”Sudah selesai.” Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya. IA disalibkan pada waktu ketika, menurut hukum Taurat, domba Paskah harus disembelih (ref. Keluaran 12). Ketika semuanya melarikan diri, IbuNya sendiri berjaga-jaga di Salib Suci bersama dengan saudaranya Maria, isteri Kleopas, Maria Magdalena, dan Yohanes-muridNya yang terkasih (Yohanes 19:25). Kemudian orang-orang yang tak bersyukur itu, tidak menunggu waktu lebih lama melihat tubuh tergantung di kayu salib, karena hari itu hari besar Paskah, mereka meminta Pilatus agar kaki orang hukuman yang disalibkan itu diremukkan sehingga lebih cepat mati. Mereka meremukkan kaki para pencuri, karena mereka masih hidup dan, ketika sampai pada Yesus, setelah mendapati IA telah mati, tidak jadi meremukkan kakiNya. Salah seorang prajurit, mengambil tombak dan menusukkannya ke sisi lambung Kristus, dan segera mengalir darinya darah dan air. Pada satu sisi, pencurahan itu dari seorang manusia, dan di sisi lain atas nama kemanusiaan; maka, darah, yang demi Komuni Suci dalam elemen yang disucikan, dan air, yang demi Baptisan Suci. Dari dua-sumber pencurahan ini merupakan dasar daripada Sakramen Suci bagi kita.
Juga, St. Yohanes Sang Teolog yang telah melihat sendiri dan menjadi saksi peristiwa ini, dan kesaksiannya adalah benar, karena ia sendiri hadir dalam semua peristiwa ini, kemudian setelah ia menjadi saksi ia mencatatkannya (dalam Injil). Karena jika semua itu bukan kejadian sebenarnya, ia tidak akan menuliskannya, karena hal semacam itu akan menjadi sebuah ketidak-hormatan kepada Sang Guru. Dikatakan ia hadir pada peristiwa itu, ia mengumpulkan Darah Yang Tersuci yang tercurah dari Sisi-lambungNya yang memberi hidup itu kedalam sebuah wadah. Terlebih lagi, ketika peristiwa luar biasa ini telah selesai, ketika malam mendekat, Yusuf dari Arimatea datang (ia sejak semulanya menjadi pengikut seperti yang lain, tetapi secara diam-diam). Ia kemudian memberanikan diri menemui Pilatus, meminta Tubuh Yesus, dan diijinkan mengambilnya. Lalu segera ia mengambil Tubuh Suci turun dari Salib dengan penuh hormat. Dan ketika malam datang, Nikodemus tiba, membawa ramuan rempah minyak mur dan rempah wangi, yang mana telah dipersiapkan untuk tujuan pengurapan khusus, dan ia menutup Tubuh Suci itu dengan kain lenan, sebagaimana adat istiadat bangsa Yahudi. Mereka kemudian menguburkan Tubuh Sang Tuhan didekat taman makam milik Yusuf Arimatea, yang telah dibelah dan digelindingkan batu besar menutup pintu masuknya. Di makam ini belum pernah ada yang dikuburkan sebelumnya, sehingga bahwa ketika Kristus bangkit para imam kepala tidak akan dapat menganggap Kebangkitan yang terjadi adalah terjadi pada orang yang lain.
Ramuan rempah wangi dan minyak mur banyak dibubuhkan ke kain pembungkus Tubuh Kristus, dengan demikian ketika kain lenan pembungkus Tubuh dan kain peluh terlihat terlipat rapi di dalam Kuburan, tidak akan ada yang dapat mengandaikan bahwa Tubuhnya telah dicuri orang. Bagaimana mungkin jika seseorang dapat melepaskan kain lenan yang telah sangat melekat pada tubuh (orang mati)? Bagaimanapun, orang-orang bodoh yang mengarang kekeliruan ini tidak tahu bahwasannya oleh pemeliharaan Allah, semua bukti-bukti itu tetap tertinggal didalam Kubur untuk mematahkan fitnah mereka. Semua peristiwa agung ini terjadi di hari Jumat. Berdasarkan, ketetapan para Bapa Pengemban-Allah, bahwa kita haruslah memperingati semua peristiwa ini dengan hati penuh penyesalan. Lebih lagi, Gereja, sebagaimana yang telah diterima dari masa Para Rasul Suci sendiri, telah memberikan perintah bahwa setiap hari Jumat merupakan hari berpuasa untuk memperingati Sengsara Kristus dan Kematian-Yang Memberi Hidup.
Sangat sesuai untuk memahami bahwa pada hari keenam dalam seminggu, yaitu Jumat, Tuhan disalibkan karena pada hari keenam dalam masa Penciptaan, Adam, manusia pertama, diciptakan. Lebih jauh lagi, pada jam keenam, IA tergantung di atas Salib Suci karena pada jam keenam, tradisi mengatakan, Adam mengulurkan tangannya mengambil buah dari pohon terlarang dan mewarisi kematian. Maka sesuailah bahwa pada jam dimana Adam yang lama jatuh, dibuatlah menjadi baru. Penyaliban Tuhan berada di taman sebagaimana Adam jatuh ditipu di sebuah taman di Firdaus. Minuman pahit yang Tuhan rasakan di Salib menyembuhkan apa yang dirasakan Adam. Kayu Salib Suci menggantikan pohon yang di Eden. Penamparan pada WajahNya mengingatkan kebangun-sadaran kita dari dosa yang melelapkan. Peludahan dan penghinaan kepada Tuhan mewujudkan nilai yang IA sematkan pada kita. Mahkota duri melegakan kita dari kutukan yang mengelilingi kepala Adam dan Hawa. Jubah ungu menggantikan jubah kulit dan melambangkan jubah kerajaan yang mana IA kenakan menutupi kita. Paku menunjukkan ketidak-berdayaan kita dalam dosa. Sisi-lambung Tuhan yang ditusuk, yang darimana keselamatan bagi kita tercurah, merepresentasikan sisi tubuh Adam, yang darinya Hawa berasal dan darinya pula pelanggaran berawal. Tombak itu menggantikan pedang menyala yang menjaga Eden setelah ketidaktaatan. Air dari Sisi-lambungNya adalah gambaran Baptisan Suci. Darah dan buluh bermakna melalui Juruselamat, seolah menulis dalam tinta merah kerajaan, menetapkan, IAlah Raja dari tempat tinggi, suatu pemulihan dari tanah air (firdaus) dari mana manusia semula berada.
Dikatakan bahwa tengkorak Adam terletak dimana Kristus, Kepala segalanya, Disalibkan, dan dengan demikian Adam “Dibaptiskan” oleh Darah Kristus, yang mana mengalir dari Dia dan turun keatas tengkorak Adam. Tempat itu dinamakan Bukit Tengkorak (Golgota) karena pada waktu bumi dilanda air bah bumi mengeluarkan tengkorak Adam, yang berputar dengan sendirinya dalam suatu lingkaran, dan hal itu dipandang sebagai suatu pertanda menakutkan. Nabi dan Raja Salomo, demi menghormati Bapa-leluhur, menutupnya dengan banyak batu. Lebih lagi, para orang kudus mengatakan, sebagaimana dalam tradisi, bahwa Adam dikuburkan disana oleh seorang malaikat. Maka dari itu, diatas tempat dimana jasad Adam dibaringkan, disanalah Kristus berdiri sebagai Raja kekal, Adam yang Baru, yang memulihkan Adam yang Lama yang jatuh oleh (buah) yang dari kayu pohon oleh kayu daripada Salib Suci.
Perlu dicatat bahwa pada hari ini (Jumat Agung) tidak ada perayaan Liturgi Suci, tidak juga Liturgi Prasidikara. Pada hari Penyaliban Kudus ini kita tidak makan ataupun minum apapun sesuai yang Tuhan katakan kepada orang Farisi : “Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa.” (Matius 9:15). Akan tetapi jika siapapun sedang lemah atau lanjut usia sehingga tidak dapat menjalankan puasa, biarlah ia diberikan roti dan air setelah senja.
____
(bess-300421)
Ref.: https://pravoslavie.ru/46120.html