Kamis Agung Kudus (Pekan Suci)


Pada hari Kamis Kudus ada empat peristiwa yang dirayakan: pembasuhan kaki para murid, perintah pelaksanaan Misteri Perjamuan Kudus pada Perjamuan Terakhir, penderitaan di taman Getsemane, serta pengkianatan Yudas.
Pada Sembahyang Singsing Fajar dan Sembahyang Senja kidung-kidung ditetapkan berdasarkan tema-tema di atas dengan cara yang sangat ekspresif.
Pada hari Kamis Yesus mengirim Petrus dan Yohanes masuk ke dalam kota:”Pergi dan siapkanlah Perjamuan Paskah bagi kita, supaya kita dapat makan” (Luk.22:8). Pesta Paskah (dilalui) merupakan perayaan tahunan bagi orang Yahudi mengenai seluruh sejarah keselamatan dari perbudakan di Mesir.
Mereka dilepaskan dari perbudakan menuju kebebasan, dari pembuangan menuju tanah perjanjian. Sekarang Yesus melepaskan dari kematian menuju kepada hidup, dari “dunia lama” menuju waktu Kerajaan Allah. Dan Dia membuka kemungkinan atas pelepasan ini bagi kita; kita menjadi bebas dari perbudakan maut dan dosa, dan sekarang kita ambil bagian pada hidup yang baru.
Pada saat Yesus Kristus dan para muridNya menikmati perjamuan Paskah, Sakramen Perjamuan Kudus diperintahkan oleh Kristus sendiri. Dia mengambil roti dan mengucapkan berkat, memecah-mecahkannya dan memberikannya pada para murid kataNya “Inilah tubuhKu, yang diberikan bagimu. Lakukanlah ini sebagai peringatan akan Aku”. Lalu dia mengambil cawan kataNya, “Minumlah engkau darinya, Inilah darahKu .. yang dicurahkan bagi penebusan dosa-dosa”. Perjamuan terakhir merupakan pemulihan Firdaus, yaitu hidup di dalam Kerajaan Allah.
Dengan kata-kata ini”lakukanlah ini sebagai peringatan akan Aku”, Kristus memindahkan murid-muridNya dari Paskah Yahudi dan menghendaki mereka untuk berkumpul bersama dalam peringatan akan Dia. Perjamuan Kudus adalah hidup Gereja. Perjamuan Kudus adalah kesatuan Kristus dengan anggota-anggota GerejaNya. Waktu di mana kasih Allah yang begitu besar, Yudan meninggalakan terang dari ruangan yang lebih tinggi dan pergi kepada kegelapan untuk menggenapi rencana pengkhianatannya.
Di perjalanNya menuju Getsemane, setelah perintah Perjamuan Kudus tersebut, Kristus menubuatkan bahwa seluruh muridNya akan meninggalkanNya. Tiga murid yaitu Petrus, Yakobus dan Yohanes yang melihat kemuliaanNya di Gunung Kemuliaan, bahkan sekarang bukannya bersaksi kemuliaan yang lain yaitu kemuliaan ketaatanNya kepada Bapa, mereka malah tidur. Yudas datang bersama dengan para tentara untuk menangkap Yesus Kristus yang dia khianati. Rencana penangkapan Yesus pada malam hari karena mereka takut akan orang banyak akan melihat Yesus sebagai manusia yang dikirim oleh Allah. Pada saat itu setiap orang sibuk dengan perayaan Paskah. Hanya sedikit orang di sekitar taman. Maka mereka dengan pertolongan Yudas menangkap Yesus dan membawaNya kepada Kayafas untuk diadili. Pengadilan tersebut sangat melelahkan. Yesus tidak membela diriNya sendiri. Dia tetap diam. Dia berbicara hanya ketika mereka menanyaiNya apakah Dia itu Anak allah.Dan Dia berkata:”Akulah Dia”Setelah itu mereka tidak menginginkan “saksi yang lain”. Yesus “melakukan kesalahan penghujatan” dan sesuai hokum Dia harus mati.
Setelah dinyatakan dihukum mati, Dia menunjukkan kerendahan hatiNya. Lalu diikuti dengan penyangkalan Petrus. Pada saat penangkapanNya seluruh muridNya melupakan Dia dan melarikan diri.
Makna Kamis kudus adalah dengan kesimpulan dengan perkataan dengan satu kalimat indah, yang diulang beberapa kali di Liturgi Suci. Kidung ini merupakan kombinasi tema Perjamuan Kudus (Ekaristi), pengkhianatan Yudas dan pengakuan pencuri yang baik:
Terimalah aku hari ini ya AnakAllah,
sebagai yang ikut ambil bagian dalam pesta MistikaMu:
Karena aku tidak akan membicarakan rahasiaMu kepada musuh-musuhMu;
Serta takkan menciumMu sebagaimana Yudas;
Namun sebagaimana si pencuri aku akan mengaku:
Ingatlah akan aku ya Tuhan apabila Engkau datang dalam kerajaanMu
Di gereja-gereja katedral, sudah menjadi kebiasaan bagi uskup untuk memberlakukan kembali pembasuhan kaki dalam upacara khusus setelah Liturgi Ilahi. Pada peringatan Kamis Kudua, Injil Js. Lukas tentang Perjamuan Tuhan dibacakan. Di Liturgi Ilahi, Injil adalah gabungan dari semua kisah para penulis Injil tentang peristiwa yang sama. Nyanyian dan bacaan hari itu juga merujuk pada pusat misteri yang sama.
Ketika murid-muridMu yang mulia tercerahkan saat mencuci kaki mereka di depan perjamuan makan malam, maka Yudas yang jahat menjadi gelap karena penyakit ketamakan, dan kepada para hakim yang durhaka dia mengkhianati Engkau, Hakim yang Benar. Lihatlah, hai pencinta uang, lelaki ini karena ketamakan menggantung dirinya. Larilah dari keinginan tak terpuaskan yang berani melawan Tuhan! Ya Tuhan yang bersikap adil terhadap semua, kemuliaan bagi-Mu (Troparion Kamis Kudus).
Di tempat-tempat Sang Guru, di Meja Keabadian, di tempat tinggi, dengan pikiran terangkat, datanglah hai kaum beriman, mari kita makan dengan sukacita (Ode Kesembilan dari Kanon Sembahyang Singsing Fajar).
Perayaan liturgi Perjamuan Tuhan pada Kamis Kudus bukan hanya kenangan tahunan dari perintah sakramen Perjamuan Kudus. Memang acara Perjamuan Paskah itu sendiri bukan hanya tindakan menit terakhir oleh Tuhan untuk “melembagakan” sakramen utama Iman Kristen sebelum penderitaan dan kematian-Nya. Sebaliknya, seluruh misi Kristus, dan memang tujuan utama penciptaan dunia, adalah agar makhluk yang dikasihi Allah, yang diciptakan menurut gambar dan rupa ilahi-Nya sendiri, dapat berada dalam persekutuan yang paling intim dengan Dia untuk selamanya, duduk di meja bersama-Nya, makan dan minum di kerajaan-Nya yang tak berkesudahan. Karena itu, Kristus Anak Allah berbicara kepada para rasul-Nya pada perjamuan malam, dan kepada semua orang yang mendengar firman-Nya dan percaya kepada-Nya dan kepada Bapa yang mengutus-Nya:
Lukas 12:32 (TB) Janganlah takut, hai kamu kawanan kecil! Karena Bapamu telah berkenan memberikan kamu Kerajaan itu.
Lukas 22:28-31 (TB) Kamulah yang tetap tinggal bersama-sama dengan Aku dalam segala pencobaan yang Aku alami.
Dan Aku menentukan hak-hak Kerajaan bagi kamu, sama seperti Bapa-Ku menentukannya bagi-Ku,
bahwa kamu akan makan dan minum semeja dengan Aku di dalam Kerajaan-Ku …….
Oleh karena itu, dalam arti yang sebenarnya, memang benar untuk mengatakan bahwa tubuh dipecah-pecahkan dan darah yang ditumpahkan oleh Kristus pada perjamuan terakhir-Nya dengan para murid bukan sekedar antisipasi dan gambaran dari apa yang akan datang; tetapi apa yang sudah datang — salib, kubur, kebangkitan pada hari ketiga, kenaikan ke surga — benar benar terjadi sehingga manusia dapat diberkati oleh Allah untuk berada dalam persekutuan kudus bersamaNya selamanya, makan dan minum di meja mistika kerajaan-Nya yang tidak akan ada akhirnya.
Dengan demikian “Perjamuan Mistika Anak Allah” yang terus dirayakan dalam Liturgi Ilahi Gereja Kristen, adalah inti dari kehidupan di Kerajaan Allah untuk kekekalan.
Lukas 14:15 (TB) “Berbahagialah orang yang akan dijamu dalam Kerajaan Allah.”
Wahyu 19:9 (TB) Berbahagialah mereka yang diundang ke perjamuan kawin Anak Domba.”
_____________
*Penjelasan Ikon Kamis Kudus*
Perjamuan Kudus (kiri atas)
Pada Perjamuan Kudus, Yesus memberikan pemaknaan pada makanan dan minuman dalam perjamuan suci tersebut. Ia menyebutkan DiriNya sendiri sebagai ‘roti dan anggur’: “Ambillah, makanlah, inilah tubuh-Ku”…”Minumlah, kamu semua, dari cawan ini.” … “Sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian,…” (Matthew 26:26-28).
Kita ketahui bersama makanan dapat menopang hidup. Dalam Ekaristi, jamuan makanan – roti dan anggur – menjadi anugerah kehidupan. Di konsekrasikan dan dikuduskan, roti dan anggur tersebut menjadi Tubuh dan Darah Kristus itu sendiri. Perubahan ini bukanlah secara fisik namun secara mistika / sakramental. Disini kita turut ambil bagian dalam Tubuh dan Darah Kristus. Sang Pencipta memecahkan sendiri keterbatasan dari keadaan keterciptaan manusia. Kristus dengan kehendakNya bertindak demikian sehingga kita “boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi,” (2 Peter 1:4).
Kristus membasuh kaki para murid (kanan atas).
Melalui pembasuhan kaki para muridnya, Ia merangkum makna misi kehadiranNya, memanifestasikan kasihNya yang sempurna dan memancarkan kerendahan hatiNya yang begitu dalam. Peristiwa pembasuhan kaki ini (Yoh 13:2-17) berkaitan erat dengan pengorbananNya di atas Salib. Keduanya merupakan penyataan ‘kenosis’ dari Sang Kristus. Dimana Salib menunjukkan manifestasi terakhir dari ketaatan Kristus yang sempurna kepada BapaNya (Filipi 2:5-8), sementara peristiwa pembasuhan kaki menandakan bukti kasihNya yang begitu dalam (Yohanes 13:6-9).
Doa di Taman Gethsemane (kiri tengah).
Kitab Injil telah mencatatkan bagi kita suatu bagian peristiwa penting lain dalam rangkaian peristiwa yang mendahului Jalan Sengsara Kristus, yaitu, kepedihan dan doa Yesus di Taman Gethsemane (Matius 26:36-46; Markus 14:32-42; Lukas 22:39-46).
Walaupun Yesus adalah Sang Putra Allah, IA hadir dalam rupa manusia yang menerima sepenuhnya keadaan sebagaimana seorang manusia, untuk menderita dan juga meneladani ketaatan.
Menanggalkan keistimewaan keIlahian dalam DiriNya, Sang Putra Allah mengambil rupa sebagai seorang hamba. IA hidup sebagaimana seorang anak manusia (Filipi 2:6-11; Ibrani 2:9-18).
Dalam kesedihanNya IA berdoa, “Ya Abba, ya Bapa, tidak ada yang mustahil bagi-Mu, ambillah cawan ini dari pada-Ku, tetapi janganlah apa yang Aku kehendaki, melainkan apa yang Engkau kehendaki.” (Markus 14:36).
DoaNya menunjukkan kedalaman sedih dan deritaNya. Yesus mempersembahkan kasih yang tanpa batas dan kepercayaan pada Kehendak Bapa. IA telah memberi teladan penyangkalan-diri “bukan kehendakKu” – untuk menggenapi kehendak Sang Bapa. Suatu tindakan yang menyatakan kasih dan ketaatan yang absolut, menggenapi rencana Ilahi (Ibrani 5:8-9).
Yesus mendapati murid-muridnya tertidur (kiri bawah).
Pada saat ketika Kristus mendapati para muridnya sedang tidur, IA kembali memperingatkan keberjaga-jagaan dan doa : “Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah.” (Matius 26:40-43).
Peristiwa ini mengingatkan kembali pengajaran tentang penghakiman akhir dan keberjaga-jagan dalam perumpamaan 10 gadis yang menyambut mempelai laki-laki (Matius 25:1-13, yang diperingati sebelumnya pada Selasa Kudus).
Pengkhianatan oleh Yudas Iskariot (kanan bawah)
Yudas mengkhianati Kristus dengan sebuah ciuman, yang semestinya sebagai lambang persahabatan dan kasih. Menunjukkan pemberontakan melawan Allah. (Matius 26:46-57).
______
ref :
Kamis Kudus diambil dari :
https://m.facebook.com/story.php… (oleh bapak Ireneus Endro)
Penjelasan Ikon Kamis Kudus diambil dari :
https://m.facebook.com/GerejaOrthodoxStIonaSurabaya/posts/1061943077236662?_rdr

Tinggalkan Balasan