+ Diperingati 4 Juni / 22 Mei (kalender Gereja)
Konsili Ekumenis Kedua diadakan tahun 381 dan mengkonsolidasikan kemenangan Orthodoxia, yang dicapai pada tahun 325 pada Konsili Ekumenis Pertama.
Pada masa sulit yang berlalu setelah penerimaan Pengakuan Iman Nikea, ajaran sesat Arian berkembang menjadi cabang-cabang baru. Dibawah samaran perjuangan melawan ajaran sesat Sabellian, yang mengajarkan peleburan-bersama dari Hispostasis Bapa dan Sang Putera (sebagai aspek-aspek atau modalitas didalam Tritunggal), ajaran Makedonian mulai menggunakan istilah “homoi-ousios” (kemiripan esensi/of like essence [berbeda dengan ajaran Orthodox “homo-ousios”, satu dzat hakekat/one selfsame assence]) berkaitan dengan dzat hakekat dari Sang Putera terhadap Sang Bapa. Formulasi ini masih menampilkan sebuah bahaya dimana kaum Makedonias menempatkan diri berjuang melawan ajaran Arian, yang menggunakan istilah “kemiripan dengan Sang Bapa”. Disamping hal ini, kaum Makedonias, yang menjadi semi-Arian, menganggap bahwa Roh Kudus tidaklah satu dzat-hakekat dengan Sang Bapa dan Sang Putera. Ajaran heretik kedua – Aetius, memperkenalkan konsep “anomoion” (berbeda dalam dzat hakekat) dan ia mengatakan, bahwa Sang Bapa sepenuhnya-berbeda dzat-hakekatnya dengan Sang Putera. Muridnya, Eunomios mengajarkan tentang suatu subordinasi hirarkis dari Sang Putera terhadap Sang Bapa, juga dari Roh Kudus terhadap Sang Putera. Setiap orang yang datang padanya ia mengkristenkannya dalam “kematian Kristus”, menyangkal Baptisan dalam Nama Bapa, Putra dan Roh Kudus, yang mana ini telah diperintahkan pada kita oleh Sang Juruselamat sendiri.
Ajaran heretik ketiga muncul dari ajaran Valentius dan Ursacius dalam Konsili Arimonian (Rimini). Mereka berusaha mengelabui para uskup Orthodox, dengan memproklamirkan bahwa Sang Putera Allah adalah berasal dari Allah dan memiliki kemiripan (likeness) dengan Allah Sang Bapa, dan bukan suatu ciptaan seperti diajarkan Arian. Tetapi dibawah kepura-puraannya bahwa istilah dzat hakekat (essence) tidak ditemukan didalam Kitab Suci, para bidat mengusulkan tidak menggunakan istilah “one in essence” (satu dzat-hakekat) dalam hubungannya dengan Sang Putera terhadap Sang Bapa. Disamping tiga ajaran sesat yang fundamental ini, terdapat banyak juga ajaran-ajaran yang keliru. Bidat Apollinarios mengatakan: “Daging dari Sang Juruselamat, diambil dari milik Sang Bapa di Sorga, tidak memiliki suatu jiwa atau akal manusiawi; Firman Allah dimasukkan kedalam ketiadaan jiwa; Keilahiannya tidak ada (mati) selama tiga hari”.
Dalam rangka berurusan dengan para pembuat ajaran heretik ini, pada masa kaisar Theodosius Agung (379-395) diadakanlah Konsili Ekumenis di Konstantinopel, yang dihadiri 150 uskup. Atas penyelidikan yang dilakukan para bapa suci, terdapat usulan Pengakuan Iman dari sebuah Konsili Roma, yang mana Paus Damasus telah kirimkan kepada uskup Antiokia, Paulinos. Kemudian setelah membaca keras dari gulungan itu, para bapa suci, dengan menyangkali ajaran keliru daripada Makedonias, dengan suara bulat menegaskan ajaran Para Rasul bahwa Roh Kudus bukanlah suatu subordinasi, akan tetapi – Tuhan Sang Pemberi-Hidup, Yang berasal dari Sang Bapa, serta bersama dengan Sang Bapa dan Sang Putera disembah dan dimuliakan. Kemudian untuk menentang ajaran heretik lainnya: dari Eunomians, Arian dan Semi-Arian, – para bapa membuktikan kebenaran dalam penegasan Pengakuan Iman Nikea dari Iman Orthodox.
Dalam Pengakuan Iman (kredo), yang diterima melalui Konsili Ekumenis Pertama, kemuliaan Keilahian Sang Roh Kudus belum dibahas, karena pada waktu itu (tahun 325) ajaran yang menentang Roh Kudus belum ada. Maka para bapa suci Konsili Ekumenis Kedua menambahkan Pengakuan Iman Nikea yaitu dengan butir ke 8, 9, 10, 11 dan 12, – sehingga mereka tepat merumuskan dan menegaskan Pengakuan Iman Nikea-Konstantinopel, diakui dalam Kredo sampai masa sekarang ini oleh seluruh Gereja Orthodox.
Disamping itu Konsili Ekumenis Kedua juga mengatur norma-norma gerejawi (Kanon VI), dan disana diputuskan menerima kembali kedalam komuni melalui Sakramen Krisma, bagi mereka kaum heretik yang bertobat, yang telah secara layak dibaptis dalam Nama Tritunggal Kudus.
_______
(bess-040621)
Ref.:
https://www.holytrinityorthodox.com/iconoftheday/los/May/22-02.htm
https://orthodoxwiki.org/Second_Ecumenical_Council