Peringatan Konsili Ekumenis Pertama (325)


+ diperingati 11 Juni / 29 Mei (kalender Gereja)

Peringatan Konsili Ekumenis Pertama diadakan oleh Gereja Kristus sejak jaman dahulu. Tuhan Yesus Kristus meninggalkan janji besar bagi GerejaNya : “Aku akan mendirikan Gereja-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya” (Matius 16:18). Dalam janji sukacita ini adalah pernyataan nubuatan bahwa, sekalipun perjalanan hidup Gereja Kristus di bumi ini akan melewati masa perjuangan yang sulit karena si musuh keselamatan, namun kemenangan selalu disisinya. Para martir suci telah menjadi saksi kebenaran sabda Sang Juruselamat, mereka yang mengalami penderitaan karena mengaku imannya dalam Nama Kristus, pedang sang penganiaya tidak dapat mengalahkan Tanda Salib Kristus yang membawa kemenangan.

Pada masa abad ke 4 penganiayaan terhadap orang Kristen berhenti, tetapi kemudian didalam Gereja sendiri bangkit ajaran-ajaran sesat, menyebabkan Gereja berjuang dan diadakanlah Konsili-konsili Ekumenis. Salah satu yang paling jahat adalah arianisme. Arius, seorang imam dari Alexandria, ialah seorang yang penuh ambisi dan bangga-diri. Dengan menyangkal kehormatan Keilahian Yesus Kristus dan KesetaraanNya dengan Allah Sang Bapa, Arius secara keliru mengajarkan bahwa Sang Putera Allah bukanlah satu dzat-hakekat dengan Sang Bapa, melainkan diciptakan oleh Sang Bapa pada suatu ketika. Sebuah Konsili Lokal, yang telah diadakan dimana Patriakh Alexander dari Alexandria hadir, telah mengutuk ajaran-sesat dari Arius ini. Tetapi Arius tidak mau mentaati, dan malahan menulis ke banyak uskup menentang keputusan Konsili Lokal, ia menyebarkan ajaran sesatnya keseluruh wilayah timur, dimana ia mendapat dukungan dari beberapa uskup. Dalam rangka menyelidiki pertikaian yang timbul, kaisar suci St. Konstantin (+21 Mei) mengambil pertimbangan dari uskup Hosius dari Cordova dan setelah mendapat kepastian bahwa ajaran sesat dari Arius telah diarahkan untuk melawan dogma dasar Gereja Kristus, ia kemudian memutuskan diadakannya sebuah Konsili Ekumenis. St. Konstantin turut hadir, Konsili diadakan pada tahun 325 yang mana dihadiri 318 uskup – yang mewakili Gereja-gereja Kristen dari berbagai negeri.

Diantara para uskup tersebut turut hadir banyak para pengaku-iman (gelar bagi mereka yang hampir mati karena iman), yang telah mengalami penderitaan sebelumnya pada masa penganiayaan dan pada tubuhnya terdapat tanda luka-luka akibat siksaan yang dialami. Serta diantara para hadirin Konsili adalah sang penerang dari Gereja – St. Nikolas: uskup agung dari Myra di Lycia (+6 Desember dan 9 Mei), St. Spiridon: uskup Trimiphuntum (+12 Desember), dan yang lainnya, yang dihormati Gereja sebagai para bapa suci.

Turut hadir bersama Patriakh Alexander yaitu diakon Athanasias (yang dikemudian waktu menjadi Patriakh Alexandria, +2 Mei), – ia disebut “Agung”, karena telah membuktikan sebagai pemenang membela kemurnian Orthodoxia. Sang kaisar, yang disejajarkan dengan para rasul, Konstantin, turut hadir dalam sesi-sesi Konsili. Dalam pidatonya, ia menjelaskan menjawab sambutan uskup Eusebios dari Kaisarea, mengatakan: “Allah telah menolong saya mengalahkan kekuatan jahat dari para penganiaya, tetapi bagi saya yang tak dapat menandingi sedihnya dibandingkan kehilangan para prajurit, dari tertumpahnya darah dalam peperangan dimanapun, dan yang tak terdandingi hancurnya bagi saya adalah pertikaian yang terjadi didalam Gereja Tuhan”.

Arius, yang bersamanya dukungan dari 17 uskup, tetap arogan, tetapi ajarannya telah ditolak dan ia telah diekskomunikasikan dari Gereja. Athanasias, sang diakon suci dari Gereja Alexandria dalam pidatonya secara meyakinkan menyangkal ajaran Arius. Para bapa Konsili menolak pengakuan iman yang diajukan oleh kelompok Arian. Melainkan, mereka menegaskan Pengakuan Iman (Kredo) yang Orthodox. St. Konstantin, yang disejajarkan dengan para Rasul, mengusulkan kepada Konsili untuk memasukkan kalimat Satu Dzat-Hakekat (One in Essence) kedalam Pengakuan Iman yang mana sebelumnya ia telah mendengarnya dari pidato-pidato para uskup. Para bapa Konsili setuju dan menerima usulan tersebut. Dalam Kredo / Pengakuan Iman Nikea para bapa suci merumuskan apa yang sudah diajarkan dari para Rasul mengenai kehormatan Ilahi atas Hipostasis Kedua dalam Tritunggal Maha Kudus – Tuhan Yesus Kristus adalah “homo-ousios” (satu dzat-hakekat yang sama / one selfsame essence) dengan Allah Sang Bapa, bukan “homoi-ousios” (mirip dengan dzat-hakekat) – hal ini yang menjadi pertentangan besar. Ajaran sesat Arius, sebagai suatu kesalahan dan keangkuhannya,dibuka dan ditolak. Setelah menyelesaikan pertanyaan dogmatis ini, disamping itu Konsili juga membuat ketetapan 12 Kanon atas persoalan-persoalan mengenai tata kelola gerejawi dan disiplin-disiplin gerejawi. Diantaranya ketetapan mengenai hari perayaan Paskah Suci. Oleh keputusan Konsili, Paskah seharusnya dirayakan oleh orang Kristen dengan tidak bertepatan dengan paskah Yahudi (Jewish Passover), akan tetapi selalu pada Minggu pertama setelah hari Vernal Equinox (dimana pada tahun 325 itu jatuh pada 22 Maret).

______
(bess-110621)
Ref.:
https://www.holytrinityorthodox.com/htc/ocalendar/los/May/29-03.htm

Tinggalkan Balasan