Martir Rahibah Filotea dari Atena (1589)

+ Diperingati 4 Maret / 19 Februari

Rahibah Filotea (Philothea) lahir di Athena tahun 1522. Orang tuanya, Siriga dan Angel Benizelos, dikenal keluarga kaya, tapi juga saleh. Siriga sering memohon doa Sang Bunda Allah agar ia diberikan seorang anak. Doa-doanya didengar, dan mereka mempunyai anak perempuan, yang dinamai Rigula. Mereka membersarkan anak perempuannya dengan kesalehan dan iman yang benar, sampai tiba waktunya diserahkan dalam pernikahan. Suaminya berubah menjadi jahat dan kasar, yang sering memukul dan menyiksa istrinya. Rigula dengan tabah menahan perlakuan kejam dan berdoa kepada Allah, agar Allah membuat aadar suaminya. Tiga tahun kemudian suami Rigula meninggal, lalu ia mulai menjalani hidup petapaan dengan berpuasa, sembahyang tengah malam dan doa-doa. Ia mendirikan biara perempuan dinamakan Rasul Andreas-Yang pertama dipanggil (+30 Nov dan 30 Juni).

Ketika biara selesai dibangun, orang kudus ini menjadi yang pertama ditonsur sebagai rahib, dengan nama Filotea. Pada masa ini Yunani menderita dibawah penguasaan Turki. Banyak orang Atena yang dijadikan budak oleh bangsa Turki. Rahib Filotea mengerahkan seluruh upayanya membebaskan kaum perempuan sebangsanya; ia banyak menyelamatkan, menebus mereka dari perbudakan. Suatu ketika empat perempuan melarikan diri ke biara St. Filotea, setelah meloloskan diri dari tuan Turkinya, yang memaksa mereka menyangkali Kekristenan. Orang-orang Turki, setelah mengetahui dimana perempuan Yunani itu berlindung, menyerbu masuk ke sel sang rahibah, lalu setelah memukuli dia mereka membawanya ke gubernur kota, yang memasukkan dia ke penjara. Pada pagi berikutnya, ketika orang Turki berkumpul, mereka mengambilnya dari penjara. Sang gubernur kora itu mengatakan jika ia tidak mau menyangkal Kristus, ia akan disiksa. Namun ketika Rahibah Filotea telah siap menerima mahkota kemartirannya, atas pemeliharaan Ilahi sekumpulan orang Kristen datang dan membebaskan orang kudus ini. Setelah kembali ke biaranya, Rahibah Filotea kembali menjalani hidup penyangkalan dirinya, doa dan sembahyang, karenanya ia dikaruniai mampu melakukan mujizat. Di pinggir kota Atena, Patisia, ia mendirikan biara baru, dimana ia menjalani hidup petapaan bersama paea rahibah lainnya. Ketika tiba perayaan peringatan St. Dionisius Areopagite (+3 Oktober), orang-orang Turki kembali menangkap Rahibah Filotea dan menyiksanya dalam waktu yang lama, kemudian akhirnya mereka melemparkan dia dalam keadaan sekarat ke tanah. Para saudara rahibah dengan menangis menggotongnya, bercucuran darah, ke sebuah desa lokal bernama Kalogreza, dimana ia meninggal 19 Februri 1589. Tidak lama kemudian relik Rahibah suci Martir Filotea sampai di gereja katedral Atena.

________
(bess040321)
Ref.: https://www.holytrinityorthodox.com/iconoftheday/los/February/19-07.htm

Tinggalkan Balasan