Minggu ke empat setelah Paskah : Minggu peringatan orang lumpuh.


Bacaan Kitab Suci:
Epistle : Kisah Para Rasul 9:32-42
Injil : Yohanes 5:1-15

Minggu ke empat setelah Paskah ini memperingati Kristus menyembuhkan orang lumpuh di kolam Betesda (Yohanes 5:1-15).

Seperti seorang yang telah terbaring lumpuh sekian lama menanti-nanti kesempatan ia mendapatkan kesembuhan (di kolam Betesda), Gereja mengingatkan kembali pada umat percaya bahwa dalam Sakramen Babtisan Suci, kita telah disembuhkan dan diselamatkan oleh Kristus. Dan melalui perintah Tuhan “Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah” (ayat 8), demikian juga diingatkan untuk bangun dari ketergeletakan dalam keadaan keberdosaan; mengangkat dan membereskan tilam “masa lalu”; dan terus berjalan bahkan sekalipun harus mengalami kejatuhan berulang kali, tidak putus asa. Maka, bersama dengan orang yang lumpuh ini, mengingat Sabda Kristus: “jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk.” (Yoh5:14).

Pada bagian ayat (Yoh 5:7) dimana orang lumpuh ini menjawab : “Tuhan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu apabila airnya mulai goncang, dan sementara aku menuju ke kolam itu, orang lain sudah turun mendahului aku”; inilah yang menggambarkan keadaan seseorang yang menangisi kekuatan egoisme manusia. Masing-masing memikirkan dirinya sendiri. Masing-masing ingin didahulukan, sementara begitu banyak orang buta, lemah sakit, lumpuh yang semua sama “menanti-nanti” air kolam itu bergoncang, dengan kata lain, mereka semua yang lemah itu menanti pertolongan, perhatian, kesembuhan, kelegaan. Tapi yang terjadi justru masing-masing menunggu untuk kepentingannya sendiri. Dan ketika air kolam itu bergoncang, semua berebut maju menceburkan dirinya lebih dulu dan melupakan yang lainnya… Dari sudut pandang injil ini, kolam tersebut dapat menggambarkan apa yang terjadi di dunia ini, gambaran yang dapat terjadi dalam kehidupan bermasyarakat yang kerap diwarnai egoisme.

Banyak orang menderita dengan berbagai keluhan penyakit baik fisik maupun rohani, menjadi lemah dan ‘lumpuh’ bukan saja tubuhnya, melainkan juga jiwanya. Injil tentang penyembuhan orang lumpuh yang menjadi peringatan minggu ini ada pada masa setelah Paskah, dimana sebelumnya telah melewati Puasa Agung. Banyak diantara umat merasakan kelonggaran karena hari-hari setelah itu dalam kalender Gereja adanya puasa / pantang mungkin dirasa tidak seketat Puasa Agung. Bagaimanapun juga, kesukacitaan setelah hari raya itu dapat saja akan berubah menjadikan kelumpuhan rohani bagi beberapa orang. Tuhan mengingatkan kita agar berjaga-jaga, dan berjuang sekuat kemampuan rohani, selalu memiliki DIA dimata kita, karena Dialah yang dapat memulihkan jiwa dan tubuh, dan yang hadir bukan saja saat kita memintaNya, tetapi saat yang tidak kita sangkakan.

Kontakion, irama 3 —
Oleh hadirat-Mu yang Suci, Ya Tuhan, bangunkanlah jiwaku yang sangat lumpuh karena semua dosa dan perbuatan menyimpang, sebagaimana dahulu Engkau bangunkan ia yang lumpuh, dan diselamatkan aku berseru pada-Mu: Ya Kristus yang penuh welas asih, kemuliaan bagi kuasa-Mu.

___
Ref.:
https://orthodoxwiki.org/Pentecostarion

Metropolitan Hilarion: Jesus Christ’s Miracle of Healing the Paralytic is a Sign of God’s Omnipotence

Overcoming Egoism: On the Sunday of the Paralytic Man


(bess100520)

Tinggalkan Balasan