+ Diperingati pada 27 Juni / 14 Juni (Kalender Gereja)
Nabi Suci Elisa hidup pada abad kesembilan sebelum Kelahiran Kristus, dan merupakan penduduk asli desa Abelmaum, dekat Yordania. Atas perintah Tuhan dia dipanggil untuk tugas kenabian oleh Nabi Elia yang kudus (20 Juli).
Ketika tiba saatnya bagi Nabi Elia untuk diangkat ke Surga, dia berkata kepada Elisa, “Mintalah apa yang harus aku lakukan untukmu, sebelum aku diambil darimu.” Elisa dengan berani meminta bagian ganda dari rahmat Allah: “Biarlah aku mendapatkan dua bagian dari rohmu.” Nabi Elia berkata, “Yang kauminta itu adalah sukar. Tetapi jika engkau dapat melihat aku terangkat dari padamu, akan terjadilah kepadamu seperti yang demikian, dan jika tidak, tidak akan terjadi.” Ketika mereka berbicara, tiba-tiba datanglah kereta berapi dengan kuda berapi memisahkan keduanya, Elisa berseru: “Bapaku, bapaku! Kereta Israel dan orang-orangnya yang berkuda!” (4 Raja 2:12). Mengambil jubah gurunya yang jatuh dari langit, Elisa menerima kuasa dan karunia nubuat Elias. Dia menghabiskan lebih dari 65 tahun dalam pelayanan kenabian, di bawah enam raja Israel (dari Ahab hingga Yoas). Saat Elisa hidup, ia tidak gemetar di hadapan pangeran mana pun, dan tidak ada kata yang dapat mengalahkannya (Sirakh 48: 13 [“Sirakh” disebut “Ecclesiasticus” dalam Alkitab Katolik]).
Nabi suci melakukan banyak mujizat. Dia membelah air Sungai Yordan, setelah memukulnya dengan mantel Nabi Elia; dia membuat mata air Yerikho cocok untuk minum; Dia menyelamatkan bala tentara raja-raja Israel dan Yehuda yang berdiri di padang belantara yang gersang dengan mengeluarkan air yang berlimpah melalui doanya; dia membebaskan seorang janda miskin dari kematian karena kelaparan melalui pelipat gandaan minyak yang ajaib dalam sebuah bejana. Wanita Shunam yang menunjukkan keramahtamahan kepada nabi merasa senang dengan kelahiran seorang putra melalui doanya, dan ketika anak itu meninggal, dia dibangkitkan kembali oleh nabi. Komandan militer Syria bernama Namaan disembuhkan dari kusta tetapi hamba nabi bernama Gehazi menderita karena dia tidak menaati nabi dan mengambil uang dari Namaan secara diam-diam.
Elisa menubuatkan kepada raja Israel Yoas kemenangan atas musuh-musuhnya, dan dengan kekuatan doanya ia melakukan banyak mujizat lainnya (4 Raja 3-13). Nabi Suci Elisa wafat di usia tua di Samaria. “Dalam hidupnya ia melakukan mujizat, dan pada waktu mati karyanyapun luar biasa” (Sir. 48:15). Setahun setelah kematiannya, ada mayat dibuang ke makam sang nabi. Segera setelah orang mati itu menyentuh tulang-tulang Elisa, dia hidup kembali dan berdiri (4 Raja-raja 13: 20-21). Nabi Elisa dan gurunya, Nabi Elia, tidak meninggalkan buku sepeninggal mereka, karena khotbah kenabian mereka dilakukan dengan lisan. Yesus, putra Sirakh, memuji kedua nabi besar itu (Sir. 48: 1-15).
Yohanes dari Damaskus menyusun kanon untuk menghormati Nabi Elisa, dan di Konstantinopel sebuah Gereja dibangun untuk menghormatinya.
Julian si murtad (361-363) memberi perintah untuk membakar relik Nabi Elisa, Abdia (Obaja) dan Yohanes sang Perintis Jalan, tetapi relik suci itu dilindungi oleh orang-orang percaya, dan sebagian dari relik itu dipindahkan ke Alexandria.
Pada abad kedua puluh, Presbiter yang rendah hati Papa Nicholas Planas memiliki penghormatan besar terhadap Nabi Elisa, dan dianggap layak untuk melihatnya dalam penglihatan.
______
alih bahasa oleh : Bpk. Ireneus Endro.
ref.:
https://oca.org/saints/lives/2011/06/14/101718-prophet-elisha