+ Diperingati pada 3 Agustus / 21 Juli (Kalender Gereja)
Nabi Suci Yehezkiel hidup pada abad keenam sebelum kelahiran Kristus. Ia dilahirkan di kota Sarir, dan berasal dari suku Lewi; dia adalah seorang imam dan putra imam Buzi. Yehezkiel dibawa ke Babel ketika ia berusia dua puluh lima tahun bersama dengan Raja Yekhonia II dan banyak orang Yahudi lainnya selama serangan kedua ke Yerusalem oleh raja Babel Nebukadnessar.
Nabi Yehezkiel hidup di tawanan
di Sungai Chebar. Ketika dia berusia tiga puluh tahun, dia memiliki penglihatan tentang masa depan bangsa Ibrani dan seluruh umat manusia. Nabi melihat awan yang bersinar, dengan api yang menyala terus-menerus, dan di tengah-tengah api, ada perunggu yang berkilau. Dia juga melihat empat makhluk hidup dalam bentuk manusia, tetapi dengan empat wajah (Ez. 1: 6). Masing-masing memiliki wajah manusia di depan, wajah singa di sebelah kanan, wajah lembu di sebelah kiri, dan wajah rajawali di belakang (Ez. 1:10). Ada roda di bumi di samping setiap makhluk, dan tepi setiap roda penuh dengan mata.
Di atas kepala makhluk-makhluk itu tampak ada cakrawala, bersinar seperti kristal. Di atas cakrawala ada sesuatu yang mirip singgasana, tampak seperti safir yang berkilau. Di atas takhta ini ada rupa manusia, dan di sekeliling-Nya ada pelangi (Ez. 1: 4-28).
Menurut penjelasan para Bapa Gereja, keserupaan manusia dengan takhta safir lebih merujuk pada Inkarnasi Anak Allah dari Perawan Maria Yang tersuci, yang adalah Tahta Allah yang hidup. Keempat makhluk itu adalah simbol dari keempat Penulis Injil: seorang manusia (St. Matius), singa (St. Markus), seekor sapi (St. Lukas), dan seekor elang (St. Yohanes); roda dengan banyak mata dimaksudkan untuk menunjukkan pembagian cahaya dengan semua bangsa di bumi. Selama penglihatan ini nabi suci itu jatuh ke tanah karena takut, tetapi suara Allah memerintahkannya untuk bangun. Dia diberi tahu bahwa Tuhan mengirimnya untuk berkhotbah kepada bangsa Israel. Ini adalah awal dari pelayanan kenabian Yehezkiel.
Nabi Yehezkiel membetitahu kepada orang-orang Israel yang ditawan di Babylon, mengenai kesengsaraan yang akan dihadapinya karena tidak setia kepada Tuhan. Nabi juga menyatakan waktu yang lebih baik untuk bangsanya dan dia memperkirakan mereka akan kembali dari Babel, dan memulihkan Bait Suci Yerusalem
Ada dua elemen penting dalam penglihatan nabi: penglihatan tentang bait suci Tuhan, penuh dengan kemuliaan (Ez. 44: 1-10); dan tulang-belulang di lembah, tempat Roh Allah memberi kehidupan baru (Ez. 37: 1-14). Penglihatan Bait Allah adalah gambaran misteri tentang ras manusia yang dibebaskan dari pekerjaan Musuh dan pembangunan Gereja Kristus melalui tindakan penebusan Anak Allah, inkarnasi dari Theotokos yang tersuci. Gambaran Yehezkiel tentang gerbang tertutup di tempat kudus, yang melaluinya Tuhan Allah akan masuk (Ez. 44: 2), adalah nubuat Perawan yang melahirkan Kristus, namun tetap perawan. Penglihatan tentang tulang-tulang kering mendahului kebangkitan universal orang mati, dan kehidupan kekal baru yang dianugerahkan oleh Tuhan Yesus Kristus.
Nabi Suci Yehezkiel menerima dari Tuhan karunia untuk melakukan mujizat. Dia, seperti Nabi Musa, membelah air Sungai Chebar, dan orang-orang Ibrani menyeberang ke pantai yang berlawanan, melarikan diri dari orang-orang Kaspim yang mengejar. Selama masa kelaparan, nabi meminta pada Allah untuk menambah makanan bagi yang lapar.
Yehezkiel dijatuhi hukuman mati karena ia mencela pangeran Yahudi yang melakukan penyembahan berhala. Terikat oleh kuda-kuda liar, ia terkoyak-koyak ditarik oleh kuda kuda itu. Orang-orang Ibrani yang saleh mengumpulkan mayat nabi yang terkoyak dan menguburkannya di atas Padang Maur, di makam Sim dan Arthaxad, nenek moyang Abraham, tidak jauh dari Baghdad. Nubuat Yehezkiel ditemukan dalam buku yang dinamai untuknya, dan termasuk dalam kitab Perjanjian Lama.
St. Demetrius dari Rostov (28 Oktober dan 21 September) menjelaskan kepada orang-orang percaya konsep-konsep berikut dalam kitab Nabi Yehezkiel: jika seorang yang saleh beralih dari kebenaran ke dalam dosa, ia akan mati atas dosanya, dan kebenarannya tidak akan diingat. Jika seorang berdosa bertobat, dan mematuhi perintah-perintah Allah, ia tidak akan mati. Dosa-dosanya yang dulu tidak akan ditimpakan kepadanya, karena sekarang ia mengikuti jalan kebenaran (Ez. 3:20; 18: 21-24).
______
alih bahasa oleh : Bpk. Ireneus Endro.
Ref.:
https://oca.org/saints/lives/2012/07/21/102064-prophet-ezekiel