Puasa Agung dan Pekan Suci merupakan dua masa puasa yang berbeda, juga perayaan yang terpisah. Puasa Agung Pra Paskah berakhir di hari Jumat dari Minggu ke 5 (hari sebelum Sabtu Lazarus). Kemudian Pekan Suci dimulai setelahnya. Berikut makna dari setiap hari-hari khidmat dalam Pekan Sengsara Kristus.
Sabtu Lazarus :
Sabtu Lazarus adalah hari yang menandai dimulainya Pekan Suci. Hari ini memperingati Tuhan yang membangkitkan Lazarus, sahabatNya, yang telah berada di kuburan selama empat hari. Karya mujizat ini menegaskan akan terjadinya hari kebangkitan dari kematian secara umum kelak yang mana kita semua akan alami pada waktu Kedatangan Kristus yang Kedua. Mujizat ini membawa banyak orang percaya kepada Kristus, tetapi juga membuat imam kepala dan orang Farisi bersepakat untuk membunuh Yesus (Yohanes 11:47-57).
Minggu Palem atau Masuknya Tuhan ke Yerusalem:
Tuhan kita masuk ke Yerusalem dan disebut sebagai raja – namun secara pengertian duniawi, karena banyak orang pada masaNya itu merindukan figur Mesias secara politis. Tuhan kita, tentu saja, adalah Raja, dalam pengertian yang tersendiri – yakni Raja Kekal sebagaimana telah dinubuatkan oleh Nabi Zakharia. Umat menggunakan daun-daun palem pada perayaan hari ini untuk menunjukkan bahwa kita juga menerima Yesus sebagai Sang Raja Sejati dan Mesias, Yang Kepada Siapa kita sedia mengikutinya – bahkan sampai penyaliban.
Senin, Selasa dan Rabu Kudus :
hal pertama yang harus dikatakan tentang peribahadan ini, serta peribahan yang lainnya dalam Pekan Suci, adalah ini semua dikidungkan dalam makna persiapan. Setiap ibadahnya diputar dua belas jam kedepan. Karenanya ibadah senja, sebenarnya adalah ibadah untuk pagi berikutnya, sementara ibadah pagi dari Kamis Kudus dan Sabtu Kudus adalah ibadah untuk senja yang akan dating.
Pada peribahan Senin, Selasa dan Rabu Kudus (diadakan pada senja daripada Minggu Palem, Senin dan Selasa). Peribahan di hari-hari ini disebut sebagai ibadah-ibadah Mempelai (Nymphios Orthros). Pada ibadah pertama dari senja Minggu Palem, sang imam membawa ikon Kristus Sang Mempelai dalam prosesi perarakannya, serta umat mengidungkan “Kidung Mempelai”. Kita memandang Sang Kristus sebagai Mempelai Gereja, membawa tanda-tanda penderitaanNya, mempersiapkan suatu Pesta perkawinan bagi kita didalam Kerajaan Allah.
Di setiap ibadah Orthros-Mempelai memiliki tema khususnya. Pada hari Senin Kudus diperingati Yusuf yang terberkati, anak dari Bapa Yakub. Yusuf dipandang sebagai satu tipe Kristus. Yusuf dikhianati saudara-saudaranya, dilemparkan ke sumur, dan dijual sebagai budak oleh saudaranya. Dengan cara demikian juga, Tuhan kita ditolak, dikhianati saudara (murid) Nya sendiri, serta dijual ke perbudakan kematian. Pembacaan Injil pada hari tersebut adalah tentang pohon ara yang tak-berbuah, yang dikutuk oleh Kristus sehingga mongering karena pohon tersebut tidak berbuah. Pohon ara tersebut adalah perumpamaan dari mereka yang telah mendengarkan firman Allah, tetapi tidak menghasilkan buah ketaatan. Mulanya pohon ara yang rimbun dan menjadi kering ditujukan pada orang-orang Yahudi yang menolak firman Allah dan MesiasNya. Bagaimanapun juga, ini sebagai peringatan juga bagi semua orang, di semua masa, bahwa penting agar tidak hanya mendengarkan firman Allah saja, melainkan menjalankannya dalam perbuatan nyata.
Perumpamaan Sepuluh Gadis (Matius 25:1) menjadi bacaan Injil hari Selasa Kudus. Menceritakan ada lima gadis yang siap mengisi pelitanya dengan minyak menyambut mempelai sementara lima gadis yang lain tidak mempersiapkan diri sehingga pelitanya mati, maka gadis-gadis bodoh yang tidak bersiap itu terkundi diluar tidak dapat masuk ke ruang perjamuan kawin. Perumpamaan ini menjadi suatu peringatan agar kita harus senantiasa siap menyambut kedatangan Tuhan ketika IA kembali. Tema pada hari ini ditekankan oleh kidungan : “Aku melihat Ruang Perjamuan Kawin yang diagungkan, Ya Juruselamatku, namun aku tak mengenakan pakaian pesta untuk dapat masuk. Ya Sang Penerang, terangilah pakaian jiwaku, dan selamatkanlah aku.”
Tema pada hari Rabu Kudus adalah pertobatan dan pengampunan. Kita mengingat perempuan berdosa yang meminyaki Tuhan dengan minyak mur sebagai peringatan pendahulu (antisipasi) kematianNya. Pertobatan dan kasihnya pada Kristus menjadi tema dalam kidung yang dikenal sebagai “kidung Kasiana” yang dilantunkan pada ibadah malamnya, sekali lagi mengingatkan kita, sebelum “terlambat”, kita juga dapat diampuni jika kita bertobat.
Pengurapan-minyak Kudus:
Sakramen Pengurapan dirayakan pada senja Rabu Kudus. Sebenarnya ibadah ini dapat juga dirayakan kapan saja dalam setahun, khususnya ketika ada umat yang sakit. Dengan demikian, karena kebutuhan kita akan pengampunan dan kesembuhan rohani, umat mengikuti ibadah ini diadakan pada Pekan Suci bagi pengampunan dosa. Kita seharusnya mempersiapkan diri untuk ibadah ini secara penuh doa, sebagaimana yang kita lakukan pada saat menyambut Komuni Suci.
Kamis Agung Kudus:
Pada hari Kamis Kudus kita mengingat peristiwa akhir Tuhan dan SengsaraNya. Kamis pagi dimulai dengan Liturgi Suci memperingati Perjamuan Kudus Pertama. Sebagaimana disebutkan, ibadah ini adalah ibadah senja Kamis Kudus yang dirayakan pada paginya. Siapapun yang dapat hadir harus mempersiapkan diri menyambut Komuni Suci pada ibadah ini karena inilah Perjamuan dimana Tuhan sendiri menetapkan Sakramen Ekaristi. Pada Liturgi ini Roti kedua di konsekrasi dan disimpan kedalam Tabernakel. Dari Roti inilah Komuni Suci diberikan kepada yang sakit sepanjang tahun ini.
Kamis Senja mengawali peribahadan Jumat Agung Kudus. Ibadah pembacaan Dua Belas Injil Sengsara diadakan secara khidmat memperingati Penyaliban Tuhan. Setelah pembacaan Injil kelima, salib suci diangkat diarak keliling gereja sebagai prosesi, dan tubuh Kristus dipaku pada salib yang diletakkan di tengah-tengah gereja.
Jumat Agung Kudus:
Ini adalah hari puasa ketat. Sesedikit mungkin makan pada hari ini. Ini adalah satu-satunya hari dalam sepanjang tahun dimana tidak ada Liturgi Suci diadakan. Di pagi harinya dirayakan ibadah Jam Kerajaan. Waktu-waktu sembahyang pada hari ini kidungan dan bacaan terkait peristiwa Penyaliban. Pada senjanya kita merayakan ibadah Senja dimana diturunkan tubuh Kristus dari salib. Pada waktu pembacaan Injil, tubuh Tuhan diturunkan dari salib dan dibungkus kain lenan putih yang baru. Prosesi ini memperingati penurunan tubuh Kristus dari salib oleh Yusuf dari Arimatea (Yohanes 19:38-42). Selanjutnya dalam ibadah tersebut, Keranda (Epitaphios), atau lembar-kain, dengan tubuh Kristus diatasnya diarak dalam prosesi dan diletakkan kedalam dekorasi makam. Pada senjanya dikidungkan ibadah Ratapan. Ibadah ini dimulai dengan khidmat, namun diakhir bagian ibadah kita sudah mempersiapkan Kebangkitan Tuhan. Mengingat kembali, senja Jumat Kudus adalah ibadah pertama dari Sabtu Kudus, hari dimana umat memperingati tubuh Tuhan istirahat didalam kuburan sedangkan JiwaNya yang Termurni turun ke alam maut (Hades) untuk membebaskan semua orang percaya dalam Perjanjian Lama.
Sabtu Agung Kudus:
Ini adalah hari pengharapan dan penantian. Pada pagi harinya umat merayakan Liturgi Suci Vesperal yang memperingati kemenangan Kristus atas kematian. Jubah-jubah Terang dikenakan karena mempersiapkan Kebangkitan Kristus. Daun-daun yang melambangkan kemenangan ditaburkan pada waktu ibadah. Sewaktu daun-daun kemenangan ditaburkan, para pengidung melantunkan “Bangkitlah Ya Allah dan Hakimilah bumi, karena milikMu segala bangsa.” Kisah Yunus masuk kedalam perut ikan dalam Perjanjian Lama dibacakan pada ibadah ini karena Yunus dipandang Gereja sebagai pra-figurasi dan satu tipe Kristus. Sebagaimana Yunus tiga hari berada didalam perut ikan besar, dan kemudian kembali ke tanah dengan selamat, demikian Tuhan selama tiga hari didalam kuburan sebelum KebangkitanNya yang Mulia. Liturgi Suci vesperal pada Sabtu Kudus menutup peribadahan Pekan Suci, dan membawa kita pada Paskah Agung Kudus.
_____
(bess-110421)
Ref.: https://www.pravmir.com/holy-week-an-explanation/