
*TANYA:*
Romo saya mau tanya. Ketika malam Perjamuan sebelum penyaliban, Tuhan Yesus sempat berbicara ke para muridNya, kalau ada salah satu diantara murid itu yang akan menyerahkan Yesus ke orang Yahudi, yang mana Yesus merujuk ke Yudas Iskariot.
Pertanyaan saya adalah, apa ada kemungkinan Yudas tidak jadi menyerahkan Yesus?
Kalau Yudas tidak jadi menyerahkan Yesus, berarti apakah bisa dibilang kalau perkataan Yesus salah?
*JAWAB:*
*PENGKHIANATAN YUDAS: TAKDIR, KEHENDAK BEBAS YANG TERBELENGGU? NUBUAT ALLAH DAN YESUS BISA SALAH?*
Oleh:
Rm. Kirill J.S.L. (ROC-MP)
Отец Кирилл Дж.С.Л. (РПЦ-МП)
Yudas mengkhianati dan menyerahkan Yesus atas dasar kehendak bebas Yudas sendiri. Meski kita tidak bisa yakin alasan kenapa Yudas mengkhianati Yesus, namun ada beberapa hal yang sudah pasti yang mendorong dan penyebab pengkhianatan Yudas terhadap Yesus:
*Pertama,* walaupun Yudas dipilih menjadi salah satu dua belas murid Yesus (Yoh. 6:64), semua bukti di Alkitab menunjukkan kalau ia tidak pernah beriman-percaya kalau Yesus adalah Allah. Ia bahkan tidak pernah yakin kalau Yesus adalah Mesias.
Tidak seperti murid lainnya yang memanggil Yesus sebagai “Tuhan,” Yudas tidak pernah memakai sebutan ini bagi Yesus. Ia hanya memanggil-Nya “Rabi.” Ia menganggap Yesus tidak lebih dari seorang guru. Ketika murid lainnya beberapa kali membuat pengakuan mutlak akan keyakinan dan kesetiaan mereka (Yoh. 6:68; 11:16), Yudas tidak pernah melakukan itu. Ia sepertinya tidak pernah mengucapkan sepatah kata pun terkait itu.
Kurangnya iman terhadap Yesus menjadi dasar bagi berbagai kesalahan. Hal yang sama berlaku juga bagi kita. Jika kita gagal untuk beriman-percaya Yesus sebagai Firman Allah yang ber-inkarnasi, maka kita akan terlibat dalam banyak masalah yang disebabkan pemahaman yang salah tentang Allah. Hanya Yesus satu-satunya yang dapat memberikan pengampunan bagi dosa-dosa kita, sehingga tersedia keselamatan kekal bagi kita.
*Kedua,* Yudas tidak hanya kurang beriman pada Kristus, tetapi juga memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki hubungan pribadi dengan Yesus. Ketika Injil Sinoptik mengurutkan kedua belas murid Yesus, mereka selalu disebutkan dalam urutan yang umumnya sama dengan sedikit perbedaan (Mat. 10:2-4; Mrk. 3:16-19; Luk. 6:14-16). Urutan ini secara umum dipahami sebagai petunjuk kedekatan hubungan pribadi mereka masing-masing dengan Yesus.
Meskipun urutannya bervariasi, Petrus dan dua bersaudara Yakobus dan Yohanes selalu diurutkan di depan, yang memang memiliki hubungan yang erat dengan Yesus. Yudas selalu diurutkan terakhir, yang kemungkinan besar menunjukkan kedangkalan hubungan pribadinya dengan Kristus. Percakapan antara Yesus dan Yudas yang tercatat di Injil hanyalah ketika ia dimarahi oleh Yesus karena ucapannya kepada Maria yang disebabkan keserakahannya (Yoh.12:1-8), penyangkalan Yudas atas pengkhianatannya (Mat. 26:25), serta pengkhianatan itu sendiri (Luk. 22:48).
*Ketiga,* Yudas dipenuhi dengan ketamakan. Ia tidak hanya mengkhianati kepercayaan dari Yesus, tetapi juga sesama murid lainnya, seperti yang dinyatakan di Injil Yohanes 12:5-6. Yudas kemungkinan besar ingin mengikuti Yesus hanya karena melihat banyaknya orang yang mengikuti-Nya. Ia mungkin mengira bisa mendapat keuntungan dengan mencuri uang kas kelompok itu. Kenyataan bahwa Yudas yang memegang uang kas untuk kelompok tersebut menunjukkan ketertarikannya pada uang (Yoh 13:29).
Selain itu, Yudas, seperti halnya kebanyakan orang saat itu, percaya Mesias akan mengakhiri penjajahan Romawi, mengambil alih kekuasaaan, dan memimpin bangsa Israel. Yudas mungkin mengikuti Yesus dengan harapan bisa mendapat keuntungan dari hubungannya dengan Yesus sebagai kekuatan politik baru yang akan memerintah. Tidak diragukan kalau ia berharap menjadi kelompok elit yang berkuasa setelah terjadinya revolusi.
Ketika Yudas berkhianat, Yesus sudah berulangkali menegaskan bahwa Dia berencana untuk mati, bukannya memulai pemberontakan melawan Kekaisaran Romawi. Jadi, Yudas mungkin mengira – sama seperti asumsi orang Farisi – bahwa Yesus pasti bukanlah Mesias yang mereka nanti-nantikan, mengingat Yesus tidak berusaha meruntuhkan Kekaisaran Romawi.
*Keempat,* nubuat-nubuat dari Allah yang harus digenapi. Beberapa ayat dari Perjanjian Lama menubuatkan pengkhianatan tersebut, beberapa bahkan lebih spesifik dibanding yang lainnya. Berikut dua di antaranya:
_“Bahkan sahabat karibku yang kupercayai, yang makan rotiku, telah mengangkat tumitnya terhadap aku”_ (Maz. 41:9, lihat penggenapannya di Mat. 26:14, 48-49).
_“Lalu aku berkata kepada mereka: ‘Jika itu kamu anggap baik, berikanlah upahku, dan jika tidak, biarkanlah!’ Maka mereka membayar upahku dengan menimbang tiga puluh uang perak. Tetapi berfirmanlah TUHAN kepadaku: ‘Serahkanlah itu kepada penuang logam!’ – nilai tinggi yang ditaksir mereka bagiku. Lalu aku mengambil ketiga puluh uang perak itu dan menyerahkannya kepada penuang logam di rumah TUHAN”_ (Zak. 11:12-13; lihat penggenapannya di Mat. 27:3-5).
Kedua nubuat di Perjanjian Lama ini menyatakan kalau pengkhianatan Yudas sudah diketahui Allah dan ditetapkan sebagai sarana bagaimana Yesus akan dibunuh.
*Kelima,* Yudas dirasuki iblis dan karena sifat-sifatnya di atas, maka Iblis sepenuhnya menguasai diri dan pikiran Yudas (bdk. 2 Kor. 10:3-5; medan peperangan iblis adalah dalam pikiran dan ide-ide kita).
_”Dan sesudah Yudas menerima roti itu, ia kerasukan Iblis. Maka Yesus berkata kepadanya: “Apa yang hendak kauperbuat, perbuatlah dengan segera.”_ (Yohanes 13:27)
Menerima roti tersebut tanpa menerima kasih yang menyertainya berarti bahwa Yudas sudah menguatkan hati untuk tetap melakukan apa yang ia telah bersekongkol untuk lakukan, yakni mengkhianati Tuhan. Dia sudah ketahuan dan dia membenci kenyataan tersebut. Sejak saat itu Iblis sepenuhnya menguasai diri Yudas. Kata-kata Yesus _”Perbuatlah dengan segera”_ menunjukkan bahwa usaha-usaha selanjutnya untuk menghentikan pengkhianatan Yudas tidak ada gunanya lagi.
Jadi berdasar sifat-sifat Yudas di atas dalam hubungannya dengan Yesus serta pengaruh dan penguasaan sataniah, maka rasanya tidak mungkin Yudas membatalkan pengkhianatannya.
Nubuat-nubuat yang benar dari Allah dalam PL ini harus terjadi karena nubuat terjadi dari Roh Allah (Luk. 24:44; Yoh. 15:25; 2 Pet.1:21). Ini bukan berarti bagi Yudas berlaku predestinasi (takdir) dan dia tidak punya kehendak bebas (free will) karena kehendak bebasnya terbelenggu. Nubuat itu bisa digenapi atau terjadi karena Allah berada di luar dimensi waktu di bumi ini sehingga Allah bisa melihat sejarah umat manusia secara keseluruhan atau sejarah perorangan yang bergerak menurut garis linear ke depan berdasarkan kehendak bebas masing-masing pribadi.
*Kesimpulannya:*
Tidak mungkin Yudas batal mengkhianati dan menyerahkan Yesus. Hal ini karena:
1. Sifat-sifat Yudas sejak awal yang tidak simpatik secara sosial terhadap Yesus dan ia kerasukan roh jahat.
2. Nubuat-nubuat yang benar dari Allah tidak mungkin batal atau tidak digenapi.
3. Pengaruh dan penguasaan iblis atas pikiran Yudas yang tidak beriman serta penuh keserakahan dan agenda pribadi tak terpuji.
Namun dalam melakukan pengkhianatan dan menyerahkan Yesus ini bukan karena takdir Yudas sehingga Yudas tidak memiliki kehendak bebas untuk memilih tidak mengkhianati dan menyerahkan Yesus. Allah sudah mengetahui bahwa ia menggunakan kehendak bebasnya untuk mengkhianati dan menyerahkan Yesus, sehingga akibatnya Yesus disalibkan. Jadi dalam hal ini tidak ada perkataan Yesus yang salah, ini menunjukan bahwa Yesus adalah inkarnasi Sang Firman Allah yang sama dengan Allah yang melampaui dimensi ruang dan waktu sehingga Yesus-pun bisa mengamati jalannya sejarah Yudas secara linear juga.
