+ Diperingati 17 November / 4 November (kalender Gereja)
Rahib Yoannikes Agung (Ioannikes/Joannicius the Great) lahir di Bithynia tahun 752 di sebuah desa, Marikat. Keadaan orangtuanya miskin dan tidak mampu menyediakan kebutuhan dasar pendidikan. Sejak kanak-kanak ia bekerja menjaga ternak keluarga – satu-satunya harta mereka. Kasih akan Allah dan doa telah tertanam dalam jiwa anak muda Yoannikes. Seringkali, setelah ia menandai ternaknya dengan tanda Salib, ia pergi meninggalkannya untuk menyendiri berdoa sepanjang hari, dan tidak ada pencuri ataupun binatang buas mendekati kawanan ternaknya.
Atas perintah kaisar Leo IV (775-780), sejumlah besar prajurit menyebar ke seluruh kota dan desa untuk memanggil anak-anak muda untuk bergabung menjadi tentara. Yoannikes muda juga dipanggil menjadi tentara kerajaan. Di kemudian waktu disegani sekawan tentaranya karena kepribadiannya, tetapi juga karena ia sebagai tentara yang berani dan ganas terhadap musuh. St. Yoannikes mengabdi sebagai tentara kekaisaran selama 6 tahun. Lebih dari sekali ia telah mendapatkan penghargaan baik dari komandannya dan dari kaisar. Tetapi karir pengabdian militernya semakin memberatkan dia, jiwanya haus akan laku spiritual dan keheningan rohani. Dan Tuhan memanggil hambaNya untuk melayani.
Rahib Yoannikes, setelah menyangkali keduniawian, bermaksud pergi kedalam belantara. Namun, atas nasehat tetuanya yang berpengalaman dalam laku petapaan, ia tinggal di biara selama 2 tahun. Disini sang kudus menjadi terbiasa dengan ketaatan monastik, aturan-aturan dan praktik biara, ia membaca dan mempelajari tulisan, dan ia mengetahui 30 Mazmur Daud dalam hati. Setelah itu, atas dorongan dari Allah, sang rahib menarik diri masuk kedalam belantara. Selama tiga tahun ia tinggal dalam keheningan mendalam di belantara, dan hanya sebulan sekali ada seorang gembala membawakan sejumlah roti dan air padanya. Sang petapa mencurahkan siang dan malamnya dalam doa dan melantunkan Mazmur. Setelah setiap bait kidungan mazmurnya rahib Yoannikes berdoa, doa yang mana dipelihara oleh Gereja Orthodox hingga kini : “Harapanku adalah Sang Bapa, pengungsianku adalah Kristus, dan perlindunganku adalah Sang Roh Kudus”. Pada suatu kesempatan ia bertemu kawan sekerja militernya dulu, sang kudus lalu keluar dari belantara dan menarik diri ke Gunung konturea. Hanya setelah 12 tahun hidup petapaan ia ditonsur sebagai rahib. Sang kudus tinggal mengasingkan diri selama tiga tahun, berpalut rantai, kemudian setelah itu pergi ke Chelidon ke St. George sang pelaku-puasa agung (+21 Februari). Para petapa tersebut tinggal bersama selama tiga tahun. Selama masa inilah Rahib Yoannikes mengetahui seluruh Mazmur dalam hatinya. Setelah usia semakin lanjut, Rahib Yoannikes menetap di biara Antidiev dan tinggal disana dalam keheningan sampai akhir hidupnya.
Rahib Yoannikes hidup membiara selama 70 tahun dan memperoleh kesempurnaan rohani yang tinggi. Oleh kemurahan Allah sang kudus mendapat karunia bernubuat, sebagaimana disampaikan muridnya Pakhomios. Sang tetua-petapa ini pernah suatu ketika berdoa melayang diatas tanah. Pernah suatu ketika menyeberangi sungai yang tengah deras meluap. Sang kudus dapat membuat dirinya tidak terlihat orang dan membuat orang lain tidak terlihat: suatu ketika Rahib Yoannikes membimbing keluar dari penjara seorang tawanan Yunani dibawah pengawasan banyak penjaga. Racun dan api, yang dengannya pernah dikirimkan orang yang benci padanya untuk menghancurkan sang kudus, tidak mampu melukainya, dan binatang buas tidak mau menyentuhnya. Masa itu ia dikenal, yang membebaskan pulau Thasis dari ular-ular yang sangat banyak. Rahib Yoannikes pernah menyelamatkan seorang rahibah muda, yang bersiap berhenti membiara karena ingin menikah; ia menanggung bagi dirinya sendiri penderitaan dari sang rahibah akibat hawa nafsu, serta dengan berpuasa dan doa ia meniadakan serangan godaan dari si iblis.
Ia dapat mengetahui akhir hidupnya sendiri, St. Yoannikes meninggal 4 November 846, di usia 94.
_____
(bess-1701121)
Ref. : https://www.holytrinityorthodox.com/htc/ocalendar/los/November/04-01.htm