Rahibah Maria (“Marinus”) dan ayahnya Rahib Eugene

+ Diperingati 25 Februari / 12 Februari (kalender Gereja)

Rahibah Maria (Marinus) dan ayahnya rahib Eugene (Evgenios) hidup diawal abad 6 di Betania (distrik baratlaut Asia Kecil). Setelah berduka karena kematian istrinya, Eugene memutuskan menarik diri ke sebuah biara, tetapi anaknya perempuan tidak mau berpisah darinya, maka anak perempuannya menemani, mengenakannya pakaian laki-laki. Mereka masuk ke biara tidak jauh dari Alexandria, kemudian sang anak perempuan ini menerima nama Marinus.

“Rahib” Marinus banyak pencapaian kebajikan, dan menonjol dalam kerendahan-hatinya dan ketaatannya. Setelah beberapa tahun berlalu, ketika ayah dari St.Marinus ini meninggal, ia lebih mengintesifkan kehidupan asketiknya sampai Tuhan memberinya karunia dapat menyembuhkan orang-orang kerasukan roh-roh jahat.

Suatu ketika “rahib” Marinus dikirim (bersama para saudara rahib lainnya) ke ladang-ladang milik biara dimana diperjalanan mereka harus bermalam di sebuah penginapan. Si anak perempuan dari penjaga penginapan ini melakukan perbuatan dosa bersama salah satu penyewa, dan menuduh “rahib” Marinus sebagai pelakunya. Ayahnya tidak terima dan mengadukan ke igumen biara, mengusir sang “rahib” yang berdosa ini. Sang “rahib” tidak berkata sepatah katapun untuk membela diri kemudian menjalani hidup di pinggir tembok biara. Ketika si anak perempuan malang (yang menuduh “rahib” sebagai yang berbuat dosa) itu akhirnya melahirkan seorang anak laki-laki, si penjaga penginapan tersebut menyerahkan saja bayi itu ke Marinus, dan tanpa kata-kata meninggalkannya. Sang orang kudus ini menerima bayi yang diserahkan dan mulai membesarkannya.

Setelah tiga tahun kemudian para saudara rahib meminta igumen untuk mengembalikan “Rahib Marinus” kedalam biara. Sang igumen, yang sebenarnya enggan menerima dia akhirnya menyerah namun memberi “saudara Marinus” tugas ketaatan yang sangat berat, yang mana malah diterimanya dengan penuh semangat, sambil memberi waktu merawat anak (angkat) nya.

Tiga tahun kemudian orang kudus ini meninggal dengan damai di sel miliknya. Para saudara menyaksikan “rahib” yang meninggal itu dengan anak (angkat) laki-lakinya menangis karenanya. Ketika para saudara rahib mulai mempersiapka n mengenakan pakaian pada sang orang suci ini untuk dikuburkan, rahasia selama itu kemudian terbuka. Sang igumen biara menangis sedih menyesali kematiannya, demikian juga si penjaga penginapan ketika mengetahui kebenarannya. Jenasah St. Maria (“Marinus”) secara hormat dikuburkan di biara. Si anak perempuan dari penjaga penginapan ini turut ke pemakaman sang kudus dan secara terbuka mengaku dosanya, yang kemudian dia disembuhkan dari sakit kerasukan roh jahat yang ternyata dideritanya selama itu. Si anak laki-laki yang telah dibesarkan orang kudus itu kemudian menjadi rahib.

Relik orang kudus ini kemudian dipindah ke Konstantinopel, dan rahun 1113 dibawa ke Venisia.

(bess250221)

Tinggalkan Balasan