+diperingati Gereja tanggal 29 November / 16 November (kalender Gereja)+
Rasul Kudus dan Sang Penulis Inji : St. Matius, juga bernama Lewi (Mark 2:14; Luk 5:27); ia adalah seorang dari antara Dua Belas Murid (Mrk 3:18; Luk 6:45; Kis1:13), dan saudara dari Yakobus (anak dari) Alfeus (Mark 2:14). Dia adalah seorang pemungut cukai, dalam masa dimana orang-orang Yahudi ada di bawah kekuasaan kekaisaran Romawi. Dia tinggal di Kapernaum. St. Matius, mendengar Kristus memanggil : “Ikutlah aku!” meninggalkan jabatannya dan mengikut Sang Juruselamat. Kristus dan murid-murid-Nya tidak menolak undangan dari Matius dan mereka mengunjungi rumahnya, di mana mereka duduk semeja dengan teman-teman dari pemungut cukai – yang pada masanya (bagi orang Yahudi) dikenal sebagai orang berdosa. Hal ini sangat mengusik orang Farisi dan ahli-ahli Taurat.
Para pemungut cukai, dalam mengumpulkan pajak dari saudara sebangsa mereka, melakukannya dengan menarik keuntungan besar bagi diri mereka sendiri. Biasanya dikenal korup dan serakah, orang-orang Yahudi menganggap mereka telah merusak dan mengkhianati bangsa dan agama mereka, Yahudi. Kata “pemungut cukai” dikonotasikan orang-orang Yahudi setara dengan penjahat dan penyembah berhala. Bahkan untuk berbicara dengan seorang penagih pajak pun dianggap dosa, atau bergaul dengan salah satu diantara mereka adalah suatu kenajisan. Tapi para rabbi Yahudi tidak bisa memahami, bahwa Tuhan “datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa” (Mat 9:13).
Matius, mengakui dosanya, membalaskan empat kali lipat orang yang telah ditagih berlebihan, dan ia membagikan harta miliknya yang tersisa untuk orang miskin, dan bersama-sama dengan para rasul lainnya ia mengikut Kristus. St. Matius sangat memperhatikan perintah Sang Guru, ia menjadi saksi mujizat-mujizat oleh-Nya yang tak terhitung, ia pergi bersama-sama dengan para Rasul lainnya memberitakan Injil kepada “domba yang hilang dari umat Israel” (Mat10:6), ia adalah saksi penderitaan, kematian, dan kebangkitan Sang Juruselamat, dan Kenaikan-Nya yang mulia ke Surga.
Setelah menerima kasih karunia Roh Kudus, yang turun ke atas para rasul pada hari Pentakosta, Rasul Matius selama 8 tahun pertama mewartakan Injil di Palestina. Dan sebelum keberangkatannya untuk memberitakan Injil di wilayah yang lebih jauh, atas permintaan orang-orang Yahudi yang di Yerusalem, Rasul Matius dalam Injilnya mencatatkan Sang Juruselamat semasa hidup didunia – Sang Sabda-Menjelma Yesus Kristus dan ajaran-ajaran dari-Nya.
Dalam urutan kitab Perjanjian Baru, Injil Matius yang lebih dulu. Palestina dikatakan sebagai tempat saat Injil tersebut dituliskan. Injil yang ditulis oleh St. Matius pada tahun 42, mulanya didalam bahasa Ibrani, dan kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani.
Rasul Matius berkhotbah di antara orang-orang yang menanti-nantikan datangnya Mesias. Injilnya dimanifestasikan untuk kesaksian bahwa Yesus Kristus – adalah Mesias yang dinantikan, yang dinubuatkan oleh para Nabi, dan bahwa tidak akan ada yang lain (Mat 11:3). Khotbah, pengajaran dan yang diperbuat Sang Juruselamat sebagaimana disampaikan oleh sang penginjil terbagi dalam tiga bagian, yang merupakan tiga aspek daripada pelayanan Sang Mesias: (pasal 5-7) sebagai Nabi dan sebagai Pemberi-Hukum, sebagai Tuhan (penguasa) seluruh bumi baik yang terlihat dan tak terlihat (pasal 8-25), dan sebagai Imam Besar yang memberikan korban (yang adalah Diri-Nya sendiri) bagi penebusan dosa-dosa seluruh umat manusia (pasal 26-27). Isi dalam Injil yang ditulisnya termasuk juga ajaran tentang Kerajaan Allah dan tentang Gereja, yang mana dinyatakan Tuhan dalam perumpamaan tentang persiapan-persiapan diri dan batin untuk masuk ke dalam Kerajaan (pasal 5-7), tentang bagaimana layaknya para pelayan bagi Gereja-Nya di dunia (pasal 10-11), tentang tanda-tanda Kerajaan dan pertumbuhannya didalam jiwa-jiwa manusia (pasal 13), tentang kerendahan hati dan kesederhanaan para pewaris Kerajaan (Mat 18:1-35; 19:13-30; 20:1-16; 25-27; 23:1-28), dan tentang ‘wahyu’ Kedatangan Kedua Kristus dalam spiritualitas kehidupan dalam Gereja (pasal 24-25). Kerajaan Surga dan Gereja saling terkait dalam pengalaman kehidupan Kristen: Gereja adalah perwujudan sejarah Kerajaan Surga yang di dunia, dan Kerajaan Surga adalah Gereja Kristus dalam kesempurnaan eskatologis (Mat16:18-19; 28:18-20).
Rasul suci melakukan perjalanan membawa “kabar baik” [evangelia dalam Yunani atau evangelium dalam bahasa Latin – arti kata “Injil”] bagi Syria, Media, Persia, Parthia, dan menyelesaikan pekerjaan khotbah pengajarannya di Ethiopia sebagai seorang Martir. Tanah ini dihuni oleh suku-suku kanibal dengan adat istiadat dan kepercayaan primitif. Rasul Kudus Matius melalui khotbah pengajarannya mempertobatkan banyak penyembah berhala untuk beriman kepada Kristus. Ia mendirikan Gereja dan membangun sebuah kapel di kota Mirmena, mentahbiskan uskup yang bernama Platon.
Ketika rasul suci sungguh-sungguh memohon kepada Tuhan bagi pertobatan orang-orang Ethiopia, pada waktu doanya Tuhan sendiri menampakkan Diri kepadanya dalam rupa seorang pemuda, dan setelah memberinya sebuah tongkat, memerintahkan dia untuk meletakkannya tegak di pintu kapel Gereja. Dikatakan-Nya bahwa dari tongkat ini akan tumbuh sebagai pohon dan akan berbuah, dan dari akarnya akan mengalir aliran air. Dan dengan membasuh diri dengan air dan makan buahnya, Etiopia akan kehilangan cara-cara lama mereka dan menjadi baik.
Ketika rasul suci membawa tongkat tersebut menuju gereja, bertemu dengan istri dan anak dari penguasa wilayah, Fulvian, yang kerasukan roh jahat. Dengan Nama Kristus rasul suci menyembuhkan mereka. Mujizat ini membawa kepada Tuhan cukup banyak orang-orang bertobat. Tapi sang penguasa tidak ingin rakyatnya harus menjadi orang Kristen dan berhenti menyembah dewa pagan. Dia menuduh rasul melakukan sihir dan memberi perintah untuk mengeksekusinya. Mereka menempatkan St. Matius dengan kepala di bawah, menimbun belukar dan membakarnya. Ketika api unggun berkobar, semua orang kemudian menjadi saksi, bagaimana api tidak melukai tubuh St. Matius. Kemudian Fulvian memberi perintah untuk menambah kayu bakar, dan memerintahkan untuk meletakkan disekitar api unggun 12 berhala. Namun api menyambar berhala dan bahkan Fulvian. Ketakutan orang-orang Ethiopia membuat mereka lalu berpaling kepada orang suci itu untuk memohon belas kasihan, dan oleh doa sang martir api menyingkir padam. Tubuh rasul suci tetap tidak terluka, dan ia berakhir kepada Tuhan (+60).
Penguasa Fulvian bertobat dari perbuatannya, namun ia masih memiliki keraguan. Oleh perintahnya, mereka menempatkan tubuh St. Matius dalam peti mati dari besi dan melemparkannya ke laut. Dalam melakukan hal ini Fulvian mengatakan, bahwa jika Allah Matius menjaga tubuh sang rasul di dalam air, sebagaimana dalam api, maka ia akan menyembah Allah yang benar.
Pada malam itu Rasul Matius menampakkan diri pada Uskup Platon dalam sebuah mimpi, dan memerintahkan dia untuk pergi dengan para presbyter (imam) ke pantai laut dan menemukan tubuhnya di sana. Bersama dengan uskup dalam perjalanan ke pantai laut pergilah Fulvian dan pengiringnya. Peti mati dibawa kembali oleh gelombang laut itu; dengan layaknya penghormatan dibawa kepada Gereja yang didirikan oleh Sang Rasul. Kemudian Fulvian memohon pengampunan melalui Rasul Matius, Uskup Platon memberinya Sakramen Babtisan Kudus, memberinya nama babtis Matius dalam ketaatannya kepada perintah Allah. Segera St. Matius-Fulvian turun dari tahta kekuasaannya dan menjadi imam (presbyter). Setelah kematian Uskup Platon, Rasul Matius menampakkan diri kepadanya dan mendesak dia untuk memimpin Gereja AEthiopia. Setelah menjadi uskup, St. Matius-Fulvian bekerja keras memberitakan Firman Tuhan, terus menerus dengan karya surgawi sang kudus yang menjadi patrunnya.
Kidung
Troparion – Irama 3
Dengan penuh semangat, dikau mengikut Kristus Sang Guru, / yang dalam kebaikan-Nya, hadir ke dunia bagi umat manusia. / memanggilmu dari pemungut cukai, / Ia mengangkatmu sebagai rasul yang dipilih: / pewarta Injil ke seluruh dunia! / Oleh karena itu, yang termahir dari Ilahi, Matius, / kami menghormati kenangan berharga akan dikau! / Mohonkanlah belas kasih Tuhan agar diberikan bagi jiwa kami, pengampunan pelanggaran.
Kontakion – Irama 4
Tinggalkan jabatan pemungut cukai bagi keadilan, / dikau nampak sebagai pedagang yang sangat baik, kaya kebajikan dari atas. / dikau memberitakan firman kebenaran / dan membangkitkan jiwa-jiwa yang malas / dengan menuliskan masa Penghakiman.
______
Disalin dari :
https://m.facebook.com/GerejaOrthodoxStIonaSurabaya/posts/810570979040541:0