SANTO GREGORIUS SANG PELAKU MUKJIZAT (“THAUMATOURGOS”) DARI NEO- KAESAREA († 266-270)

SINAKSARION (KISAH ORANG KUDUS):

SANTO GREGORIUS SANG PELAKU MUKJIZAT (“THAUMATOURGOS”) DARI NEO- KAESAREA († 266-270)

+diperingati oleh Gereja 30 /17 November (Kalender Gregorian/New Calender – Kalender Julian/Old Calendar)

_“Mukjizat Penampakan dibalik Pengakuan Iman Nikea”_

Oleh :
Rm. Kirill J.S.L. (ROC-MP)
Отец Кирилл Дж.С.Л. (РПЦ-МП)
Paroki St. Iona dari Manchuria, Surabaya
GEREJA ORTHODOX RUSIA
PATRIARKHAT MOSKOW
DI INDONESIA
(THE RUSSIAN ORTHODOX CHURCH – MOSCOW PATRIARCHATE IN INDONESIA)

St. Gregorius Thaumaturgus atau Gregorius Sang Pelaku Mukjizat (Yunani Kuno:. Γρηγόριος ο Θαυματουργός, Gregorios o Thaumatourgós; kira-kira 213-270 AD), juga dikenal sebagai Gregorius dari Neo-Kaesarea (bhs Yunani kuno: Neo-Kaesària, Νεοκαισάρια ; sekarang: Niksar, kota di Provinsi Tokat, Turki), adalah seorang uskup Kristen abad ke-3. Dia telah dikanonisasi sebagai Orang Kudus di Gereja Orthodox dan Katolik Roma.

St. Gregorius Sang Pelaku Mukjizat (“Thaumatourgos”), uskup dari Neo-Kaisarea (Asia Kecil/Turki Utara) (266-270) dilahirkan dari keluarga penyembah berhala. Setelah menerima pendidikan dalam keilmuan yang tersedia pada zamannya, ia berjuang mencari kebenaran, namun para ahli fikir pada zamannya tak ada yang dapat memuaskan dahaganya akan ilmu pengetahuan. Kebenaran itu dinyatakan kepadanya hanya setelah ia belajar Injil, dan pemuda ini akhirnya menjadi seorang Kristen. Untuk melanjutkan pendidikannya Sang Janasuci Gregorius pergi ke Alexandria, Mesir, yang terkenal sebagai pusat keilmuan kafir maupun Kristen. Ia belajar di sekolah kateketik (semacam sekolah theologia) di Alexandria, dimana Presbyter (imam/romo) Origenes (185-251), seorang guru dan ahli fikir Kristen yang terkenal mengajar. St. Gregorius menjadi muridnya. Ia belajar dengan Presbyter Origenes selama delapan tahun, dan dibaptiskan olehnya.

Kehidupan asketik (mati-raga), penguasaan hawa-nafsu, kemurnian hidup serta ketiadaan keserakahan dalam diri Janasuci Gregorius ini menimbulkan iri hati diantara orang-orang sebayanya yang hidup dalam dosa dan merasa benar sendiri. Mereka adalah orang-orang kafir dan mereka memutuskan untuk membuat gosip terhadap St. Gregorius ini. Mereka membayar seorang wanita tuna susila yang terkenal untuk datang kepada dia pura-pura menagih bayaran atas yang Gregorius lakukan terhadap wanita ini, di tengah-tengah dia sedang diskusi dengan teman-temannya di alun-alun. Pertama kali St. Gregorius mengira si wanita ini keliru menganggap dia sebagai seseorang yang pernah menjadi langganannya, tetapi si wanita itu bertambah keras menagih bayaran dari Sang Janasuci ini. Lalu St. Gregorius meminjam uang dari temannya disuruh membayar wanita ini, yang ketika menerima uang itu langsung si wanita ini jatuh ke tanah dirasuk roh jahat, dan kebohongannya akhirnya diketahui orang banyak. St. Gregorius berdoa atasnya dan setan itu diusir keluar. Sekembalinya ke Neo-Kaisarea, St. Gregorius menyangkal karir duniawi, dimana banyak orang-orang sekotanya mendorongnya.

Ia lari ke padang belantara, dimana melalui hidup puasa dan doa mendalam ia mencapai derajat kerohanian yang tinggi dan ketajaman pandang sehingga mengetahui pikiran orang tanpa diberi tahu dan dapat mengetahui hal-hal sebelum terjadi oleh karunia Roh Kudus. Meskipun beliau ingin hidup di dalam kesenyapan doa ini sampai akhir hidupnya, Allah menghendaki yang lain baginya. Phoedimus, Episkop (Uskup) Amasea dan Metropolitan Pontus atau Thedimos, Uskup Kappadokia dari kota Amasea, mendengar berita tentang St. Gregorius dan berusaha untuk menjadikan dia Uskup. Orang Kudus yang dapat mengetahui hal-hal sebelum terjadi itu, telah mengetahui maksud Episkop ini, sehingga ketika utusan-utusan Episkop datang, ia menyembunyikan diri. Episkop Thedimos mentahbiskan St. Gregorius _”in absentia”_ (tanpa ada orangnya) sebagai Episkop Nikomedia, memohon Allah agar Allah sendiri menguduskan pentahbisan yang amat tidak lazim ini. Peristiwa ini dilihat oleh Gregorius sebagai penyataan kehendak Allah dan ia tidak berani untuk protes. Kisah ini dicatat oleh St. Gregorius dari Nyssa († sekitar 395; diperingati tanggal 10/23 Januari). Oleh karena itu ia mau menjalani pentahbisan oleh Episkop Thedimos ini.

Sebelum ditahbiskan ia berdoa dengan sungguh-sungguh, bagaimana ia harus mengucapkan Pengakuan Iman terhadap Allah Sang Tritunggal Mahakudus. Pada saat itu Sang Theotokos, Bunda Maria menampakkan diri dalam wujud bersinar seperti matahari bersama St. Yohanes Sang Rasul dan Penulis Injil yang mengenakan jubah Ke-Episkop-an, dan Sang Theotokos memerintahkan Rasul Yohanes mengajar St. Gregorius mengenai Pengakuan Iman yang benar akan Allah Tritunggal Mahakudus. Pengajaran kedua orang kudus yang menampakkan diri ini langsung ditulis oleh St. Gregorius. Apa yang ditulis St. Gregorius dari Neo-Kaisarea ini adalah suatu penyataan Ilahi yang agung dalam sejarah Gereja. Berdasarkan itulah didasarkannya pengajaran mengenai Allah Sang Tritunggal Mahakudus itu dalam Theologi Orthodox, yang kemudian digunakan oleh banyak Bapa Gereja – St. Basilius Agung (329-379), St. Gregorius Pakar Theologia (Gregorius dari Nazianzus) (329-390), dan St. Gregorius dari Nyssa († sekitar 395). Ini juga yang kemudian setelah diselidiki dan dipelajari, diteguhkan pada tahun 325 oleh Konsili Ekumenis yang Pertama di Nikea, dan menjadi Syahadat/Kredo/Pengakuan Iman Gereja Orthodox sampai kini.

Setelah menjadi Episkop, St. Gregorius pindah dari Amasea ke Neo-Kaisarea. Dalam perjalanannya ia mengusir banyak roh-roh jahat dari kuil-kuil kafir dan pendeta dari kuil itu ia tobatkan kepada Krsitus. Pendeta berhala yang baru bertobat ini menyaksikan banyak mukjizat yang lain dari orang kudus ini, dimana ia dapat memerintahkan dengan kata-katanya saja suatu batu yang besar melayang pindah dari tempatnya. Khotbah dari Orang Kudus ini begitu langsung, hidup dan sangat efektif. Ia mengajar dan melakukan banyak mukjizat atas Nama Kristus: ia menyembuhkan orang sakit, menolong orang yang kekurangan, mendamaikan orang-orang yang bertengkar dan melakukan pengaduan-pengaduan.

Dua orang bersaudara yang saling bertengkar mengenai warisan suatu danau dari ayah mereka yang telah meninggal, di tanah warisan milik mereka, saling mengumpulkan teman-teman masing-masing untuk memulai suatu perkelahian. Mereka siap untuk saling bertarung, St. Gregorius memerintahkan mereka untuk menangguhkan perkelahian itu. Malamnya ia berdoa dengan sungguh-sungguh kepada Allah sampai pagi, di tepi danau yang menjadi pertikaian itu. Ketika fajar menyingsing, setiap orang menyaksikan bagaimana danau penyebab pertikaian itu lenyap tiada berbekas, airnya meresap ke tanah, dan tanahnya naik menjadi rata, dan sebagai gantinya sekarang terdapat anak sungai kecil yang alirannya menjadi garis batas tanah milik kedua saudara itu.

Pada saat yang lain, ketika suatu gedung Gereja akan dibangun, St. Gregorius memerintahkan dalam Nama Yesus Kristus suatu bukit untuk pindah tempat, dan bekas bukit yang telah pindah itu dijadikan fondasi pembangunan gedung Gereja tadi. Ketika terjadi penganiayaan terhadap orang Kristen pada saat pemerintahan Kaisar Desius (249-251), St. Gregorius mengajak anggota jemaatnya mengungsi ke pegunungan yang jauh. Seorang kafir melaporkan hal itu pada Kaisar, gunung itu akhirnya dikepung tentara. St. Gregorius pergi ke tempat yang lapang dan berdoa, mengangkat tangannya ke langit bersama romo diakonnya. Tentara-tentara itu mengadakan penggeledahan di seluruh bukit itu, tepat melewati umat Kristen yang sedang berdoa itu, tetapi mereka tak dapat melihat satu orangpun. Mereka putus-asa lalu kembali pulang dan melaporkan bahwa di atas bukit itu tidak ada seorangpun kecuali pohon-pohon yang berjajar satu sama lain saja. Orang kafir yang melaporkan itu menjadi terheran-heran, lalu bertobat dari kekafirannya dan menjadi orang Kristen yang amat bersemangat.

Ada banyak peristiwa-peristiwa ajaib dalam kehidupan St. Gregorius Sang Pelaku Mukjizat, diantaranya:

1.) St. Gregorius dari Nyssa menulis bahwa St. Gregorius Sang Pelaku Mukjizat adalah orang pertama yang diketahui menerima visi Theotokos. Sang Perawan Suci dan St. Yohanes Pembaptis muncul kepadanya dalam visi, dan memberinya apa yang menjadi pernyataan doktrin tentang Allah Sang Tritunggal Kudus.

2.) St. Gregorius memiliki kekuatan penyembuhan dengan penumpangan tangan. Seringkali penyembuhan itu begitu penuh kuat-kuasa sehingga si pasien sembuh dari penyakitnya, dan menjadi bertobat dengan semangat membara di tempat.

3.) Selama pembangunan gereja karena pertumbuhan umatnya, para para tukang bertemu masalah dengan bongkahan batu besar terkubur. Gregorius memerintahkan batu untuk bergerak keluar dari jalan gerejanya, dan itu yang terjadi.

4.) Untuk menghentikan Sungai Lycus yang sering banjir dan kerusakan maupun kerugian yang ditimbulkannya, St. Gregorius menanam tongkatnya pada titik aman dekat tepi sungai. Dia kemudian berdoa agar air sungai tersebut tidak akan pernah naik melewati tongkatnya. Tongkat itu mulai berakar, tumbuh menjadi pohon besar, dan sungai tidak pernah dilewati banjir lagi. Tindakan ini menyebabkan perlindungannya melawan bencana banjir dan genangan akibat banjir.

5.) Dua orang kafir setempat, mendengar bahwa St. Gregorius adalah pemurah untuk urusan uang, memutuskan untuk menipu sang uskup. Maka orang yang satu berbaring di sisi jalan di mana Gregorius sedang melakukan perjalanan, dan berpura-pura mati. Yang lain menghentikan uskup itu, mengaku miskin, dan meminta uang untuk menguburkan temannya yang sudah meninggal. St. Gregorius tidak punya uang bersamanya, sehingga ia melepas jubahnya dan melemparkannya di atas orang “mati” itu, mengatakan kepada orang “hidup” itu untuk menjual jubah dan menggunakan uang itu. Ketika St. Gregorius telah pergi, penipu yang “hidup” menemukan bahwa temannya telah meninggal.

6.) Dua saudara di keuskupannya St. Gregorius mewarisi sebidang tanah yang berisi sebuah danau. Mereka tidak dapat memutuskan bagaimana membagi danau itu, maka kedua bersaudara menetapkan pada pertarungan bersenjata untuk menyelesaikan masalah tersebut. Pada malam sebelum pertarungan, St. Gregorius berdoa mencari solusi damai untuk masalah ini. Keesokan paginya dua bersaudara itu menemukan bahwa danau itu telah menyisakan tanah kering sehingga dengan mudah membagi lahan tersebut.

7.) Pada waktu St. Gregorius di padang gurun selama penganiayaan Decian, seorang informan melaporkan kepada pihak berwenang di mana untuk menemukan sang uskup. Para pengawal pergi ke lokasi tersebut, tetapi tidak menemukan apa-apa kecuali dua pohon berdiri terpisah di padang gurun. Sang informan kembali ke tempat itu dan menemukan bahwa apa yang para serdadu melihatnya sebagai pohon-pohon itu sebenarnya St. Gregorius dan seorang diakon yang sedang dalam doa. Ini meyakinkan sang informan dari realitas Allahnya St. Gregorius, dan ia bertobat.

8.) Ketika kembali dari padang gurun, St. Gregorius harus mencari perlindungan dari sebuah badai dahsyat yang datang tiba-tiba. Satu-satunya struktur di dekatnya adalah sebuah kuil pagan. St. Gregorius membuat tanda salib untuk menyucikan tempat itu, kemudian menghabiskan malam itu di sana di dalam doa, menunggu keluar dari badai. Keesokan paginya, imam kafir datang untuk mendapatkan nubuat paginya. Setan-setan yang telah menyamar sebagai dewa-dewa kafir menasihatinya bahwa mereka tidak bisa tinggal dalam kuil yang telah disucikan atau dekat Orang Kudus itu. Imam mengancam akan memanggil pihak berwenang anti-Kristen untuk menangkap St. Gregorius. Sang uskup menulis sebuah catatan bertuliskan “Gregorius kepada Iblis: Masuklah”. Dengan “surat izin” di tangan ini, imam kafir bisa memanggil roh-roh jahat lagi. Imam kafir yang sama, menyadari bahwa dewanya tanpa mempertanyakan lagi mentaati Allah yang Esa-nya St. Gregorius, kemudian ia menemui uskup itu dan bertanya bagaimana hal itu dilakukan. St. Gregorius mengajarkan imam itu kebenaran agama Kristen. Karena tidak memiliki iman, sang imam meminta tanda kekuasaan Allah. St. Gregorius memerintahkan sebuah batu besar untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain, hal itu terjadi. Imam itu segera meninggalkan kehidupan lamanya, dan akhirnya menjadi seorang diakon di bawah Uskup St. Gregorius.Tentang hal memerintahkan batu-batu ini menyebabkan perlindungan St. Gregorius terhadap gempa bumi.

Oleh hidupnya yang kudus, khotbahnya yang efektif, mukjizat-mukjizat yang dilakukan serta bimbingan terhadap umatnya yang dipenuhi rahmat Roh Kudus, St. Gregorius setiap hari meningkatkan jumlah orang yang bertobat kepada Kristus. Sebelum wafatnya (kira-kira tahun 266-270), di kota itu hanya tinggal 17 orang kafir saja. Padahal ketika St. Gregorius Thaumatourgos (Pelaku Mukjizat), Episkop Neo-Kaisarea ini, pertama masuk ke kathedral, di kota itu hanya ada 17 orang Kristen saja. Pesta peringatan St. Gregorius Thaumatourgos (Sang Pelaku Mukjizat) atau _St. Gregory the Wonderworker of Neo-Caesarea_ dirayakan oleh Gereja Orthodox setiap tanggal 30/17 November (kalender baru/kalender lama).
St. Gregorius Thaumaturgus dikenal sebagai Janasuci Pelindung:
# ) terhadap gempa bumi
# ) terhadap banjir
# ) penyebab putus asa
# ) penyebab lupa
# ) penyebab mustahil/tidak
mungkin penyebab kehilangan

*Kidung Tropar & Kondak*

*Tropar – Irama 8*

Dikau menjadikan namamu layak melalui jalan hidupmu: / oleh kewaspadaanmu dalam kesetiaan doa dan karya belas kasihanmu yang tiada henti-hentinya. / Oleh karena itu, ya Imam Gregorius, mohonkanlah pada Kristus Tuhan untuk mencerahkan pikiran kami, / agar kami tidak terlelap dalam dosa, yang menyebabkan kematian!

*Kondak – Irama 2*

Dikau menerima kuasa untuk melakukan mujizat, / menggentarkan setan dan menyembuhkan orang sakit oleh karya mujizat melaluimu. / ya Imam Gregorius yang amat bijaksana, / buah perbuatanmu layak benar memberikan dikau disebut “Sang Pelaku Mukjizat”!

Tinggalkan Balasan