St. Leo I Agung, Paus Roma (+461)

+ Diperingati 3 Maret / 18 Februari (kalender Gereja)

St. Leo I Agung, Paus Roma (440-461), telah mendapatkan pendidikan amat baik dan bermacam-macam, yang membuka kesempatan karir duniawi yang sangat baik baginya. Akan tetapi kerinduannya adalah kehidupan rohani, maka ia memilih suatu jalan yang berbeda dengan menjadi diakon (archdeacon) dibawah Paus Sixtus III (432-440) – yang dikemudian waktu meninggal dan pada gilirannya St. Leo terpilih sebagai Paus Gereja Roma, pada September 440. Masa itu merupakan masa yang sulit bagi Gereja, ketika itu ajaran-ajaran sesat menyerang benteng Orthodoxia dengan ajaran-ajaran yang menyimpang. St. Leo mampu mengkombinasikan perhatian pastoralnya dan perbuatan baik, bersamaan dengan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam menjawab hal-hal terkait pengakuan iman. Ia adalah salah seorang pembela dasar Orthodoxia melawan ajaran sesat Euthykhios dan Dioskoros – yang mengajarkan bahwa dalam Tuhan Yesus Kristus hanya ada satu kodrat saja, dan ialah juga salah seorang pembela melawan ajaran Nestorius. Ia menggunakan segala pengaruhnya untuk mengakhiri kekisruhan didalam Gereja akibat ajaran-ajaran sesat, dan oleh surat-suratnya kepada para kaisar Konstantinopel baik Theodosius II (408-450) dan Marcian (450-457) ia secara aktif mendorong diadakannya Konsili Ekumenis ke Empat, di Kalsedon tahun 451, yang mengutuk ajaran Monofisit. Pada Konsili Ekumenis di Kalsedon ini, hadir 630 uskup, surat dari St. Leo kepada St. Flavian, Patriakh Konstantinopel (447-449). St. Flavian telah menderita bagi Orthodoxia dibawah Konsili Efesus tahun 449 yang dijuluki “Konsili Perampok”. Dalam surat tersebut St. Leo telah mengemukakan ajaran yang Orthodox terkait dua kodrat (Ilahi dan Manusia) dalam Tuhan Yesus Kristus. Dan dengan ajaran ini semua uskup yang hadir di Konsili telah mencapai kesepakatan. Kemudian Euthykios dan Dioskoros di ekskomunikasi dari Gereja.

St. Leo juga salah seorang pembela tanah airnya melawan serangan kaum barbar. Di tahun 452, oleh pengaruh persuasif dari kata-katanya, ia menghentikan penjarahan terhadap Italia oleh penguasa Huns yang keji, bernama Attila. Kemudian juga tahun 455, ketika penguasa kaum Vandal (suku dari Jerman), Henzerich, menuju Roma, ia dengan berani membujuk dia agar tidak menjarah kota, membakar bangunan, dan menumpahkan darah. Ia mengetahui saat kematiannya dan mempersiapkan diri dengan doa penuh semangat dan perbuatan-perbuatan baik.

Ia meninggal dunia tahun 461 dan dikuburkan di Roma, di katedral Vatikan. Peninggalannya yang secara tulisan teologis diantaranya 96 kotbah dan 143 surat – yang mana dikenal surat-suratnya kepada St. Flavian.

_____
(bess030321)
Ref.: https://www.holytrinityorthodox.com/iconoftheday/los/February/18-01.htm

Tinggalkan Balasan