St. Yohanes Krisostomos, Uskup Agung Konstantinopel

+ Diperingati pada tanggal 26 November / 13 November (Kalender Gereja)

St. Yohanes Krisostomos, Uskup Agung Konstantinopel,salah satu dari Tiga Hierarki [30 Januari/12 Februari], dilahirkan di Antiokhia sekitar tahun 347 di dalam keluarga seorang komandan militer. Ayahnya, Secundus, meninggal segera setelah kelahiran putranya. Ibunya, Anthusa, seorang janda pada usia dua puluh tahun, tidak berusaha untuk menikah lagi tetapi lebih mencurahkan seluruh upayanya untuk membesarkan putranya dalam kesalehan Kristen. Pemuda ini belajar di bawah filsuf dan ahli retorika terbaik. Tetapi, dia menolak belajar pengetahuan pagan yang sia-sia, hierarki masa depan ini mengubah dirinya memperdalam studi tentang Kitab Suci dan kontemplasi doa. St. Meletius, Uskup Antiokhia (12/25 Februari), mengasihi Yohanes seperti putranya sendiri, membimbingnya dalam Iman, dan pada tahun 367 membaptisnya.

Setelah tiga tahun Yohanes ditonsur sebagai Reader. Ketika St. Meletius telah dikirim ke pengasingan oleh Kaisar Valens pada tahun 372, Yohanes dan Theodore (yang kemudian menjadi Uskup Mopsuestia) belajar di bawah instruktur kehidupan asketik/Petapa yang berpengalaman Presbyter Flavian dan Diodorus dari Tarsus. Diodorus yang lembut telah memberi pengaruh pada pemuda ini. Ketika ibu Yohanes meninggal, ia masuk dalam kehidupan monastik, yang ia sebut “filsafat yang benar.” Segera Yohanes dan temannya Basilius dipertimbangkan sebagai calon Uskup, tetapi mereka memutuskan untuk menarik diri ke Padang gurun untuk menghindarinya. Sementara St. Yohanes menghindari jabatan Uskup dengan kerendahan hati, ia diam-diam membantu pentahbisan Basilius.

Selama periode ini, St. Yohanes menulis “Enam Khotbah tentang Keimanan,” sebuah karya besar theologi pastoral Orthodoks. Orang suci ini menghabiskan empat tahun berjuang di padang gurun, menjalani kehidupan pertapaan di bawah bimbingan seorang pembimbing spiritual yang berpengalaman. Dan di sini ia menulis tiga buku berjudul, “Melawan musuh Mereka yang Tertarik pada Kehidupan Monastik”, dan sebuah koleksi berjudul, “Perbandingan Biarawan dengan Kaisar” (juga dikenal sebagai “Perbandingan Kekuasaan Kerajaan, Kekayaan dan Keutamaan, dengan Kehidupan Monastik yang benar ”), kedua karya ini ditandai oleh refleksi mendalam tentang kelayakan panggilan monastik.

Selama dua tahun, orang suci itu tinggal di gua dalam keheningan total, tetapi harus kembali ke Antiokhia untuk memulihkan kesehatannya. St. Meletius, Uskup Antiokhia, menahbiskannya sebagai diaken pada tahun 381. Tahun-tahun berikutnya dikhususkan untuk mengerjakan tulisan-tulisan baru theologis: “Mengenai Pemeliharaan Allah” (“Kepada Pertapa Stagirios”), “Buku Mengenai Keperawanan,” “Kepada Janda Muda ”(2 kotbah), dan“ Buku St. Babylos, dan Melawan Julian dan Para Pagan. ”

Pada tahun 386, St. Yohanes ditahbiskan sebagai presbiter oleh Uskup Flavian dari Antiokhia. St. Yohanes adalah seorang pengkhotbah yang luar biasa, dan kata-katanya yang diilhami membuatnya mendapatkan gelar “Si Mulut Emas” (“Krisostomos”). Selama dua belas tahun orang kudus ini berkhotbah di Gereja, biasanya dua kali seminggu, tetapi kadang setiap hari, sangat menggerakkan hati para pendengarnya.

Dalam semangat pastoralnya untuk memberikan orang Kristen pemahaman yang lebih baik akan Alkitab, St. Yohanes membuat hermeneutika, interpretasi dan analisis Firman Allah (yaitu eksegesis). Di antara karya.penafsiran eksegesisnya penafsiran atas seluruh kitab suci (Kejadian, Mazmur, Injil Matius dan Yohanes surat-surat dari Rasul Paulus), dan juga banyak homili pada naskah tersendiri tentang Alkitab, juga memberikan petunjuk atas hari-hari Raya, Kidung pujian bagi orang-orang Kudus, dan juga apologetik (yaitu pembelaan iman) homili ( melawan anomoeans, Judaism dan pagan). Sebagai Imam, St. Yohanes dengan rajin memenuhi perintah Tuhan untuk merawat orang yang membutuhkan. Di bawah St. Yohanes, Gereja Antiokhia menyediakan makanan setiap hari untuk sebanyak 3,000 perawan dan janda, tidak termasuk dalam jumlah itu adalah untuk para pengembara dan orang sakit.

St. Yohanes mulai tulisan tafsirnya tentang Kitab Kejadian pada awal masa Puasa Agung Paskah di tahun 388, tulisan berisi tiga puluh dua homili selama empat puluh hari masa Pra Paskah. Selama seminggu sebelum Paskah dia berbicara tentang bagaimana Kristus dikhianati, dan tentang salib. Selama Minggu Gemilang,kotbah pastoralnya yang ditujukan untuk Kebangkitan. Eksegesisnya dari kitab kejadian ini disimpulkan pada akhir Oktober (388).

Di paskah tahun berikutnya St. Yohanes memulai tulisan homilii tentang Injil Yohanes, dan menjelang akhir tahun 389 dia mengambil Injil Matius. Pada tahun 391 orang Kristen Antiokhia mendengarkan penafsiran surat-surat dari Rasul Paulus ke Roma dan Korintus. Di tahun 393 dia menjelaskan surat-surat Rasul Paulus kepada jemaat di Galatia, Efesus, dan pada Timotius, Titus, serta Mazmur. Dalam khotbah di surat Efesus, St. Yohanes mengecam sebuah perpecahan di Antiokhia, “aku memberitahumu dan aku bersaksi di hadapanmu, bahwa barangsiapa yang merobek kesatuan gereja berarti tidak kurang dari jatuh ke dalam ajaran sesat/bidat. Gereja adalah rumah dari Bapa surgawi, satu tubuh dan satu roh.”

Ketenaran pengkhotbah Kudus ini terus berkembang, dan pada tahun 397 dengan kematian Uskup Agung Nectarius di Konstantinopel, penerus St. Gregorius sang Theolog, St. Yohanes Krisostomus dipanggil dari Antiokhia, dan terpilih untuk menduduki tahta Keuskupan di Konstantinopel. Di ibukota, Uskup kudus ini tidak mampu untuk berkotbah sesering dia di Antiokhia. Banyak hal-hal menunggu perhatiannya, dan ia mulai dengan yang paling penting – kesempurnaan rohani keimaman. Ia sendiri contoh terbaik dari ini. Bagian Keuangan untuk Uskup Agung disalurkan oleh St. Yohanes untuk pemeliharaan beberapa rumah perawatan orang sakit dan dua rumah penginapan untuk peziarah. Ia berpuasa ketat dan makan sangat sedikit, dan biasanya menolak undangan untuk makan karena perutnya yang sensitif.

Semangat Orang Suci ini dalam menyebarkan Iman Kristen dikenal tidak hanya untuk penduduk Konstantinopel, tetapi juga sampai ke Thrace yang termasuk wilayah Slatvia dan Pontine. Ia menetapkan Uskup untuk Gereja Bosphorus di Krimea. St. Yohanes mengirim misionaris yang bersemangat untuk Phoenicia, ke Persia, dan Scythians, untuk mentobatkan para penyembah berhala kepada Kristus. Ia juga menulis surat pada Gereja di Suriah untuk membawa kembali kaum Marcion ke Gereja, dan usahanya berhasil. Untuk menjaga kesatuan gereja, St. Yohanes tidak mengizinkan Komandan militer Gothic yang kuat yang menginginkan membuka Gereja Arian di Konstantinopel sebagai hadiah dari Kaisar atas keberaniannya dalam pertempuran, St. Yohanes memberikan banyak upaya untuk meningkatkan keindahan ibadah Gereja: ia menyusun liturgi, dia memperkenalkan antiphon kidungan untuk berjaga jaga semalam suntuk, dan ia menulis beberapa doa untuk ritus pengurapan orang sakit dengan minyak.

Hierarki suci juga mencela moral orang-orang yang tak bermoral di ibu kota, terutama di istana kekaisaran, tidak peduli siapa orangnya. Ketika permaisuri Eudoxia menipu untuk menyita harta terakhir dari seorang janda dan anak-anak dari pejabat yang melakukan kesalahan, orang suci bangkit membela orang itu. Ratu yang sombong itu tidak mau mengalah, dan menyimpan dendam terhadap sang Uskup. Kebencian Eudoxia terhadap Orang Suci itu menyala lagi ketika orang-orang mengatakan kepadanya bahwa orang kudus itu rupanya mengingatnya selama khotbah tentang perempuan yang sia-sia. Sebuah pengadilan diadakan terdiri dari hierarki yang telah dikutuk oleh Krisostomos: Theophilus dari Alexandria, Bishop Severian dari Gabala, yang telah dibuang dari ibu kota karena ketidakbenaran, dan yang lainnya.

Pengadilan ini menyatakan St. Yohanes dilengserkan dari tahta Uskup, dan bahwa ia harus dihukum mati karena menghina Ratu. Tetapi Kaisar memutuskan hukumannya di pengasingan, bukan eksekusi. Banyak orang marah berkumpul di Gereja, mereka berusaha membela Uskupnya Untuk menghindari kerusuhan, St. Yohanes menyerahkan diri kepada pihak berwenang. Malam itu juga ada gempa bumi di Konstantinopel. Eudoxia yang takut segera meminta Kaisar untuk membawa St. Yohanes kembali, dan segera mengirim surat ke Uskup yang dalam pembuangan, dan meminta dia untuk kembali. Sekali lagi, di ibukota gereja, St. Yohanes memuji Tuhan dalam pembicaraan singkat, “untuk semua jalan-jalanNya.”

Para pemfitnah melarikan diri ke Alexandria. Tetapi setelah dua bulan, sebuah pengaduan baru memicu kemarahan Eudoxia. Pada bulan Maret 404, sebuah konsili yang tidak adil diadakan, menetapkan pengasingan St. Yohanes. Setelah pemecatannya dari ibukota, sebuah kebakaran merusak dan mengurangi Gereja Hagia Sophia dan juga gedung Senat menjadi abu. Diikuti dengan serangan dan penghancuran barbar, kemudian Eudoxia meninggal pada bulan Oktober 404. Bahkan orang-orang penyembah berhalapun menganggap peristiwa ini sebagai hukuman Allah atas penghakiman yang tidak adil terhadap orang suci tersebut.

Di Armenia, orang suci ini berusaha keras untuk memberi semangat anak-anak rohaninya. Dalam banyak surat (245 masih disimpan dan dipelihara) kepada para uskup di Asia, Afrika, Eropa dan khususnya kepada teman-temannya di Konstantinopel, St. Yohanes menghibur orang yang menderita, membimbing dan memberi dukungan kepada para umatnya. Pada musim dingin tahun 406, St. Yohanes dikurung di tempat tidur karena sakit, tetapi musuh-musuhnya tidak cukup ditenangkan. Dari ibu kota datang perintah untuk memindahkan St. Yohanes ke tempat terpencil Pityus di Abkhazia di Laut Hitam. Dikarenakan oleh penyakit, orang suci memulai perjalanan terakhirnya di bawah pengawalan militer, bepergian selama tiga bulan di bawah hujan dan embun beku. Dia tidak pernah sampai di tempat pengasingannya, karena fisiknya dia terhenti di Comana.

Di ruang bawah St. Basiliskus (22 Mei/4 Juni), St. Yohanes dihibur oleh visi sang martir Basiliscus, yang berkata, “Jangan Putus asa, saudara Yohanes! Besok kita akan bersama. ”Setelah menerima Misteri Suci, sang hirarki jatuh tertidur dalam Tuhan pada tanggal 14/27 September 407. Kata-kata terakhirnya adalah,“ Kemuliaan bagi Allah untuk segala hal! ”

Peninggalan suci/relikwi St. Yohanes Krisostomos dengan hormat dipindahkan ke Konstantinopel pada tahun 438. Murid dari St. Yohanes, Yang Mulia Isidore dari Pelusium (4/17 Februari), menulis: “Rumah Daud telah tumbuh kuat, dan rumah Saul tidak berfungsi lagi. . Dia adalah pemenang atas badai kehidupan, dan telah memasuki istirahat surgawi. ”

Meskipun dia meninggal pada tanggal 14/27 September, peringatan St. Yohanes dipindahkan ke hari ini tanggal 13/26 Nopember karena tanggal 14/27 September digunakan sebagai Hari Raya Peninggian Salib Suci. St. Yohanes Krosostomos juga dirayakan pada tanggal 27 Januari/9 Februari dan 30 Januari/12 Februari.

______
alih bahasa oleh : Bpk. Ireneus Endro.
Ref. :
https://www.oca.org/saints/lives/2009/11/13/103292-saint-john-chrysostom-archbishop-of-constantinople

Tinggalkan Balasan