
Tujuh Pemuda Dari Efesus
Maksimilianus, Jamblikus, Martinianus, Yohanes, Dionisius, Eksakustodianus (Konstantin), dan Antoninus
+diperingati oleh Gereja tanggal 4 Agustus dan 22 Oktober (kalender Gereja / 17 Agustus dan 4 November (kalender baru)+
Selanjutnya: Tujuh Pemuda Dari EfesusDiterjemahkan oleh Frumentius W. Mainollo dari http://oca.org/saints/lives/2013/08/04/102195-7-holy-youths-ldquoseven-sleepersrdquo-of-ephesus
Tujuh Pemuda Dari Efesus: Maksimilianus, Jamblikus, Martinianus, Yohanes, Dionisius, Eksakustodianus (Konstantin), dan Antoninus, hidup di abad ke-3 Masehi. St. Maksimilianus adalah putra dari administratur kota Efesus, dan keenam pemuda lainnya adalah anak-anak dari warga kota Efesus yang terpandang. Ketujuh pemuda itu telah bersahabat sejak kecil, dan mereka semua melayani bersama sebagai tentara militer.
Ketika kaisar Desius (249-251) datang di Efesus, ia memerintahkan seluruh warga kota untuk datang memberikan kurban kepada dewa-dewa berhala. Eksekusi penyiksaan dan pembunuhan pun telah menunggu mereka yang menolak perintah ini. Karena menolak perintah kaisar ini, ketujuh pemuda Efesus dipanggil untuk menjawab tuduhan pengadilan. Berdiri di muka kaisar, ketujuh pemuda ini menyatakan iman percaya mereka kepada Kristus. Seragam militer dan tanda jabatan kepangkatan mereka segera dilucuti dari tubuh mereka. Namun Desius melepaskan mereka, sambil berharap agar mereka mengubah pikiran mereka selama Desius berangkat pergi untuk sebuah ekspansi militer.
Pemuda-pemuda kudus ini lari dari kota dan bersembunyi di sebuah gua di gunung Okhlonos, di mana mereka menghabiskan waktu di sana dengan berdoa dan bersiap-siap untuk menerima kematian syahid mereka. Yang termuda di antara mereka, St. Jamblikus, menyamar dengan pakaian pengemis dan pergi ke kota untuk membeli roti. Pada suatu waktu ketika ia berjalan di kota, ia mendengar bahwa kaisar telah kembali dan mencari mereka supaya mereka dibawa kembali ke pengadilan. Mendengar berita ini, St. Maksimilianus mengajak sahabat-sahabatnya untuk keluar dari gua dan secara berani tampil di muka pengadilan. Mengetahui bahwa ketujuh pemuda kudus itu bersembunyi di dalam gua, kaisar memerintahkan untuk menutup pintu masuk gua dengan batu-batuan, sehingga mereka mati akhirnya karena kelaparan dan kehausan di dalam gua. Dua orang pekerja yang datang sebelum pintu masuk gua itu ditutup dengan tembok batu, adalah dua orang yang menjadi Kristen secara sembunyi-sembunyi. Bermaksud untuk menyimpan kenangan dari pemuda-pemuda kudus ini, mereka menyelipkan di antara batu-batuan itu, sebuah kotak tersegel yang memuat dua buah lempengan logam. Di atasnya diukirkan nama-nama dari ketujuh pemuda itu dan kisah penderitaan dan kematian mereka.
Namun Tuhan membuat ketujuh pemuda ini secara ajaib tertidur selama hampir dua abad lamanya. Selama mereka tertidur, masa penganiayaan terhadap orang-orang Kristen akhirnya berakhir. Meskipun demikian, pada era pemerintahan kaisar kudus Theodosius Yang Lebih Muda (408-450), muncullah kaum sesat yang menolak keyakinan terhadap kebangkitan orang mati pada saat kedatangan Tuhan Yesus Kristus yang kedua kalinya. Beberapa dari kaum sesat ini berkata: “Bagaimana bisa ada kebangkitan orang mati ketika tidak ada lagi roh maupun tubuh jasmani karena keduanya telah terpisahkan?”. Yang lain lagi berkata: “Hanya roh saja yang akan dipulihkan, karena mustahil bagi tubuh untuk dibangkitkan dan hidup kembali setelah ribuan tahun (mati), di mana bahkan debu dari jasad merekapun sudah tidak bersisa lagi”. Tuhan pun kemudian menyatakan misteri dari kebangkitan orang mati dan kehidupan kelak melalui ketujuh pemuda-Nya ini.
Tuan tanah dari wilayah gunung Okhlonos berada, menemukan lokasi gua yang disegel dengan batu-batuan itu, dan buruh-buruhnya berhasil membuka pintu masuknya. Tuhan menjaga ketujuh pemuda kudus itu tetap hidup, dan mereka terbangun dari tidur mereka tanpa mengira bahwa hampir 200 tahun lamanya mereka terlelap. Tubuh dan pakaian mereka tetap tidak berubah.
Bersiap-siap untuk menerima penyiksaan, para pemuda kudus ini sekali lagi mempercayakan kepada St. Jamblikus untuk pergi ke kota membeli roti bagi kekuatan jasmani mereka. Pergi ke kota, St. Jamblikus terpukau, melihat salib kudus yang menghiasi gerbang-gerbang. Dan ia mendengar Nama Yesus Kristus yang dikumandangkan dengan bebasnya, sehingga ia mulai ragu bahwa ia tengah berada di kotanya sendiri. Meminta roti yang dibutuhkannya, pemuda ini memberikan uang dengan gambar kaisar Desius kepada pedagang roti, dan si pedagang menolaknya karena ia memberikan uang kuno. Mereka membawa St. Jamblikus kepada administratur kota yang pada saat itu dijabat oleh uskup Efesus. Mendengarkan jawaban aneh dari St. Jamblikus, sang uskup tercengang mendapati bahwa Allah sedang menyatakan kepadanya suatu misteri. Maka ia dan ramai orang lain pun pergi menuju ke gua.

Di pintu masuk gua, sang uskup mengambil kotak yang tersegel dan membukanya. Ia membaca dari lempengan logam itu nama-nama dari ketujuh pemuda kudus dan kisah penyegelan mereka di dalam gua atas perintah kaisar Desius. Ketika mereka masuk ke dalam gua dan menemukan bahwa pemuda-pemuda itu masih hidup, maka semuanya bersukacita dan menyadari bahwa melalui kebangkitan mereka dari sebuah tidur yang sangat panjang, Tuhan telah menyatakan misteri kebangkitan orang mati kepada Gereja-Nya. Sang kaisar sendiri akhirnya bergegas tiba di Efesus dan bercakap-cakap dengan ketujuh pemuda kudus di dalam gua. Kemudian para pemuda kudus ini, sambil disaksikan oleh semua orang, meletakkan kepala mereka di tanah dan kemudian kembali tertidur, tetapi kali ini mereka tertidur hingga kebangkitan umum pada saat kedatangan Kristus kembali yang kedua kalinya.
Sang kaisar bermaksud untuk meletakkan masing-masing jasad pemuda itu ke dalam sebuah peti mati yang bertahtakan berlian, tetapi dalam mimpinya, Kaisar melihat para pemuda kudus itu berkata supaya tubuh mereka dibiarkan saja di atas tanah di gua itu. Di abad ke-12, peziarah Rusia hegumen Daniel melihat di dalam gua, sisa-sisa jenazah ketujuh pemuda kudus ini.
Peringatan kedua dari ketujuh pemuda kudus ini dirayakan pada tanggal 22 Oktober (4 November menurut kalender baru). (Oleh satu tradisi yang masuk ke dalam Prolog Rusia [dari Kisah Hidup Para Kudus], ketujuh pemuda ini tertidur panjang untuk yang kedua kalinya pada tanggal ini. Menurut catatan Menaion Yunani dari tahun 1870, mereka tertidur panjang untuk yang pertama kalinya pada tanggal 4 Agustus, dan bangun pada tanggal 22 Oktober. Ketujuh pemuda kudus ini juga disebutkan dalam layanan liturgi tahun baru Gereja pada 1 September [14 September menurut kalender baru]).
Kidung:
Troparion — Irama 4
Para Martir-Mu yang kudus, ya TUHAN, / Melalui penderitaan mereka telah menerima mahkota yang tak berkebinasaan dariMu, Tuhan kami. / oleh kekuatan dariMu, mereka t’lah rendahkan musuh-musuhnya, / Dan menghancurkan kekuatan setan yang tak berdaya. / Melalui doa syafaat mereka, selamatkanlah jiwa-jiwa kami!
Kontakion — Irama 4
Mereka yang t’lah tinggalkan kenyamanan duniawi yang dapat binasa ini, / Lebih menyukai hal-hal yang kekal Surgawi, / Tidak lapuk oleh kematian dan bangkit dari antara orang mati / Dan menguburkan jerat-jerat setan! / Wahai umat beriman, mari menghormati mereka, nyanyikan kidung pujian bagi Kristus!
________________________
Catatan Tambahan Dari Penerjemah:
Kisah ini pertama kali dicatat oleh Uskup Stevanus dari Efesus (448-451). Peristiwa ini terjadi pada masa Uskup Basilius (+ 443) yang menggantikan Uskup Memnon dan digantikan oleh Uskup Bassian. Uskup Memnon adalah uskup Efesus pada saat Konsili Ekumenis Ketiga yang mana pada masa-masa itu Gereja disibukkan dengan masalah-masalah Kristologis, sehingga dibutuhkan waktu 14 tahun lamanya bagi kisah Tujuh Pemuda Kudus ini untuk dicatat secara lengkap untuk pertama kalinya. Namun waktu 14 tahun bukanlah waktu yang terlalu lama bagi para saksi untuk mem-verifikasi kebenaran kisah ini, sehingga kisah ini masih menjadi tradisi kesalehan yang tidak pernah diragukan seperti di dunia Barat. Catatan tertua kisah ini yang masih tersisa dapat kita jumpai dari catatan Uskup Syria yang bernama Yakub dari Sarugh (451-521), dan selanjutnya dapat kita temukan pula dari kitab “Sejarah Gereja” yang ditulis antara tahun 491-518 oleh seorang Uskup Monofisit yang bernama Zakaria dari Mitylene.
___________
Disalin dari :
https://m.facebook.com/photo.php?fbid=1126688610762108&id=240683072696004&ce